[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Bank Indonesia (BI) berupaya menjaga perekonomian di tengah pandemi virus corona. Asisten Gubernur BI Juda Agung mengungkapkan sebelum COVID-19 masuk ke Indonesia, pihaknya sudah memikirkan antisipasinya.
Langkah yang diambil saat itu adalah melonggarkan likuiditas sampai Giro Wajib Minimum (GWM) diturunkan. Saat COVID-19 dampaknya sudah semakin terasa di Indonesia, pihaknya mengikuti kebijakan restrukturisasi yang berjalan sampai sekarang.
“Nah ini kalau kita lihat data-data restrukturisasi yang dilakukan Perbankan itu sekarang ini sudah mencapai Rp 800 triliun. Kredit UMKM, komersial corporate, dan sebagainya termasuk kredit konsumen,” kata Juda saat webinar yang ditayangkan di youtube IAEI TV.
“Dan kalau kami juga lakukan dialog dengan bank itu kita hitung, kita perkirakan sekitar 1.200 triliun yang untuk tahun ini. Jadi sekitar 2 per 3 itu sudah direstrukturisasi sebenarnya oleh perbankan,” tambahnya.
Meski restrukturisasi sudah mencapai Rp 800 triliun, Juda memastikan likuiditas perbankan sampai sejauh ini masih baik. Menurutnya masih terjaganya likuiditas tersebut tidak terlepas dari strategi yang sudah dijalankan oleh BI saat ini.
“Karena sebelumnya BI telah melakukan pelonggaran dari sisi likuiditas, GWM turun, kemudian juga tambahan GWM untuk perbankan yang menyalurkan ke sektor UMKM, sektor ekspor itu kita tambah lagi penurunannya,” ujar Juda.
Selain itu, Surat Berharga Negara (SBN) dan surat lainnya yang ada di sistem perbankan mencapai Rp 1.000 triliun. Kondisi itu ditambah dengan DPK yang tumbuh 8 sampai 9 persen. Sementara itu kredit hanya tumbuh 1,4 persen.
Juda mengatakan hal itu akan menambah likuiditas karena outflow lebih kecil dibandingkan inflow. Sehingga ketika restrukturisasi kredit dilakukan, kondisi likuiditas masih tetap terjaga. Dana pemerintah juga berpengaruh terhadap likuiditas.
“Penempatan dana pemerintah yang Rp 30 triliun di beberapa Bank Himbara itu sudah mulai efektif, gelontoran Rp 30 triliun itu. Nah ini sehingga menambah likuiditas,” tutur Juda.(msn)
Discussion about this post