[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Nasib pinjaman jangka pendek Hanson International (MYRX) ke berbagai pihak, termasuk bank, jadi sorotan. Ini setelah perusahaan milik Benny Tjokrosaputro tersebut mengungkapkan gagal bayar atas pinjaman individu. Berdasarkan laporan keuangan Hanson per akhir September 2019, pinjaman bank terbesar yang jatuh tempo kurang dari setahun yaitu kepada Mayapada sebesar Rp 296,1 miliar.
Direktur Utama Bank Mayapada (MAYA) Hariyono Tjahjarijadi menjelaskan, bank hanya memiliki pinjaman jangka pendek kepada Hanson dan masih berstatus lancar. “Kami hanya memberikan kredit modal kerja jangka pendek satu tahunan,” kata di.
Ia mengataan, pinjaman tersebut dijamin dengan aset berupa tanah. Nilai aset tersebut mampu menutup 100% kredit. Alhasil, risiko kredit dinilai terkendali. “Ada jaminannya dengan nilai likuid yang cover nilai pinjamannya,” kata dia.
Mengacu pada laporan keuangan Hanson per 30 September 2019 (belum diaudit), perusahaan memiliki total kewajiban jangka pendek sebesar Rp 3,6 trilun. Yang terbesar yaitu pinjaman individu Rp 2,5 triliun. Sedangkan total pinjaman bank jangka pendek dan pinjaman bank jangka panjang yang segera jatuh tempo Rp 485,4 miliar, terbesar ke Mayapada Rp 296,1 miliar.
Daftar Liabilitas Jangka Pendek | Nominal Jatuh Tempo Kurang dari Satu Tahun |
1. Utang Usaha | Rp 29 miliar |
2. Utang Lain-lain | Rp 70,5 miliar |
3. Liabilitas yang masih harus dibayar | Rp 122,5 miliar |
4. Pinjaman Bank Jangka Pendek | |
Bank Mayapada | Rp 296,1 miliar |
Bank Capital Indonesia | Rp 64 miliar |
Bank Woori Saudara Indonesia 1906 | Rp 67,6 miliar |
Bank MNC International | Rp 22,7 miliar |
5. Pinjaman Bank Jangka Panjang | Rp 35 miliar |
6. Pinjaman Individual | Rp 2,5 triliun |
Total | Rp 3,6 triliun |
Sumber: Laporan Keuangan 30 September 2019 (belum diaudit)
Tanggungan tersebut terjadi di tengah kinerja keuangan yang menurun. Per 30 September 2019, Hanson hanya membukukan laba Rp 77,4 miliar. Capaian tersebut turun dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 182,4 miliar.
Kinerja arus kas operasional perusahaan juga mengalami penurunan. Arus kas operasional Rp 131,1 miliar, turun dari periode sama tahun lalu Rp 297,1 miliar. Di sisi lain, likuiditas perusahaan tercatat tertekan. Aset lancar Rp 1,19 trilun, sedangkan liabilitas jangka pendek Rp 3,6 trilun.
Neraca Keuangan | Nominal |
Total Aset | Rp 12,9 triliun |
Aset Lancar | Rp 1,19 triliun |
Aset Tidak Lancar | Rp 11,7 triliun |
Total Liabilitas | Rp 4,4 triliun |
Liabilitas Jangka Pendek | Rp 3,6 triliun |
Liabilitas Jangka Panjang | Rp 814,7 miliar |
Total Ekuitas | Rp 8,5 Triliun |
(msn)
Discussion about this post