[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerahkan seluruh penyelesaian masalah keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) kepada Menteri BUMN Erick Thohir. Saat ini, perusahaan asuransi pelat merah itu tengah terbelit persoalan pembayaran klaim yang menumpuk.
Hal ini diungkapkan kepala negara saat berbincang dengan awak media di Istana Merdeka pada Senin (2/12). Ia mengatakan Erick sudah pernah melaporkan berbagai masalah Jiwasraya kepadanya dan langkah-langkah penyelamatan yang sekiranya bisa dilakukan.
“Saya kira akan diselesaikan oleh Menteri BUMN, saya sudah diberitahu step-nya ini, ini, oke silakan,” ucap Jokowi.
Pasalnya, Kementerian BUMN mengetahui sejumlah aset perusahaan yang diinvestasikan secara tidak hati-hati (prudent). Selain itu, Jiwasraya juga sempat mengeluarkan produk asuransi yang menawarkan imbal hasil (return) cukup tinggi kepada nasabah.
Hal inilah yang membuat Jiwasraya mengalami tekanan likuiditas beberapa waktu terakhir sehingga terpaksa menunda pembayaran klaim kepada nasabahnya. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mensinyalir investasi Jiwasraya banyak ditaruh di saham-saham gorengan.
“Tapi, ini (masalah imbal hasil investasi) kan agak sulit karena produk ada persetujuan. Kalau investasi, kami minta kejaksaan untuk teliti apa ada kongkalikong. Saya kan main saham juga, kan tau itu (saham) gorengan,” ujar Arya.
Sebagai solusi, Kementerian BUMN membuka opsi agar anak usaha perusahaan, PT Jiwasraya Putra dijual ke asing untuk menutup kesulitan likuiditas perusahaan.
“Anak perusahaan bisa jadi (dikuasai asing). Tapi kalau induknya tidak mungkin,” katanya.
Opsi ini dibuka lantaran Erick Thohir terlihat enggan memberikan suntikan dana kepada Jiwasraya hanya untuk menutup kesulitan keuangan perusahaan. Sebab, menurutnya, persoalan tidak akan selesai hanya dengan memberikan suntikan dana, namun harus ada perubahan yang lebih terstruktur di tubuh perusahaan.
“Karena memang penyelesaian Jiwasraya itu harus dijalankan secara bersamaan, tidak bisa hanya sekedar merombak direksi komisaris atau misalnya meng-inject-kan uang, tapi kan ke depannya sendiri seperti apa. Tidak bisa kita mikir hanya satu titik,” tutur Erick.(cnn)
[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerahkan seluruh penyelesaian masalah keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) kepada Menteri BUMN Erick Thohir. Saat ini, perusahaan asuransi pelat merah itu tengah terbelit persoalan pembayaran klaim yang menumpuk.
Hal ini diungkapkan kepala negara saat berbincang dengan awak media di Istana Merdeka pada Senin (2/12). Ia mengatakan Erick sudah pernah melaporkan berbagai masalah Jiwasraya kepadanya dan langkah-langkah penyelamatan yang sekiranya bisa dilakukan.
“Saya kira akan diselesaikan oleh Menteri BUMN, saya sudah diberitahu step-nya ini, ini, oke silakan,” ucap Jokowi.
Pasalnya, Kementerian BUMN mengetahui sejumlah aset perusahaan yang diinvestasikan secara tidak hati-hati (prudent). Selain itu, Jiwasraya juga sempat mengeluarkan produk asuransi yang menawarkan imbal hasil (return) cukup tinggi kepada nasabah.
Hal inilah yang membuat Jiwasraya mengalami tekanan likuiditas beberapa waktu terakhir sehingga terpaksa menunda pembayaran klaim kepada nasabahnya. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mensinyalir investasi Jiwasraya banyak ditaruh di saham-saham gorengan.
“Tapi, ini (masalah imbal hasil investasi) kan agak sulit karena produk ada persetujuan. Kalau investasi, kami minta kejaksaan untuk teliti apa ada kongkalikong. Saya kan main saham juga, kan tau itu (saham) gorengan,” ujar Arya.
Sebagai solusi, Kementerian BUMN membuka opsi agar anak usaha perusahaan, PT Jiwasraya Putra dijual ke asing untuk menutup kesulitan likuiditas perusahaan.
“Anak perusahaan bisa jadi (dikuasai asing). Tapi kalau induknya tidak mungkin,” katanya.
Opsi ini dibuka lantaran Erick Thohir terlihat enggan memberikan suntikan dana kepada Jiwasraya hanya untuk menutup kesulitan keuangan perusahaan. Sebab, menurutnya, persoalan tidak akan selesai hanya dengan memberikan suntikan dana, namun harus ada perubahan yang lebih terstruktur di tubuh perusahaan.
“Karena memang penyelesaian Jiwasraya itu harus dijalankan secara bersamaan, tidak bisa hanya sekedar merombak direksi komisaris atau misalnya meng-inject-kan uang, tapi kan ke depannya sendiri seperti apa. Tidak bisa kita mikir hanya satu titik,” tutur Erick.(cnn)
Discussion about this post