[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id – Kementerian Keuangan optimis penyaluran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dapat tersalurkan hingga 100% hingga akhir Desember 2020. Hal ini didorong dari beberapa sektor seperti program perlindungan sosial yang sudah mencapai 82% hingga Oktober 2020.
Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo mengatakan, pemerintah Indonesia telah sigap mengatasi dampak pandemi Covid-19 dengan meluncurkan stimulus lewat PEN sebesar Rp 695,2 triliun yang difokuskan ke enam sektor seperti kesehatan, sosial, UMKM, korporasi, Pemerintah daerah dan insentif usaha.
“Belum pernah pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar itu hingga 4,2% dari PDB. Dan saya rasa ini sudah tepat arahnya yakni anggaran itu memang dialokasikan untuk kepentingan rakyat,” jelas Yustinus.
Sehingga, dengan arah yang sudah tepat tersebut, Yustinus juga mengatakan bahwa penyerapan di kuartal III-2020 semakin cepat. Adapun hingga Oktober 2020, penyerapan PEN sudah hampir mencapai 50%. “Kita ingat waktu bulan Juli kemarin, Presiden marah karena penyerapan PEN baru 4,75%. Sekarang sudah mencapai 50%. Artinya ini sudah sangat cepat,” katanya.
Pemerintah juga menargetkan, hingga akhir Desember 2020, penyerapan PEN bisa tersalurkan hingga 100%. Ia juga merinci beberapa perkembangan penyaluran yakni Kesehatan sudah sekitar 31,8% dari total pagu, perlindungan sosial 82%, Pemda/Sektoral 26%, UMKM 75%, dan insentif usaha yang baru 25% per Oktober 2020.
Yustinus menyebutkan, pada kuartal III 2020 pemerintah telah melihat adanya perubahan kecepatan pada penyerapan konsumsi rumah tangga. Meskipun masih terkoreksi namun konsumsi rumah tangga telah menunjukan adanya perbaikan. Artinya program bantuan sosial pemerintah telah memberikan dorongan pada masyarakat untuk mendorong daya beli.
“UMKM juga kita dorong dari sisi demand mereka diberi ruang permintaan dan diberikan modal sehingga dapat terus berproduksi,” ujar Yustinus.
Namun, sektor kesehatan menjadi yang sangat berpengaruh pada konsumsi terutama dari kelompok menengah atas. Hingga saat ini kelompok tersebur masih menahan dana untuk berkonsumsi sehingga pemerintah terus berupaya untuk mendorong percepatan penanganan Covid-19 dari sektor kesehatan. Dengan demikian kelompok menengah atas dapat kembali percaya untuk berbelanja.
Yustinus juga menyebutkan bahwa industri kesehatan di Indonesia memang sangat buruk sekali. Hal ini terlihat dari ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tidak dimiliki secara mandiri di Indonesia, selain itu alat kesehatan juga impor hingga obat-obatan yang kebanyakan juga impor.
Sehingga, pandemi Covid-19 ini menunjukan adanya kesempatan dengan hadirnya perusahaan domestik yang menghasilkan barang-barang kesehatan seperti APD. “ini merupakan momentum yang harus dilihat adanya kesempatan untuk bisa kita atasi,” katanya.
Adapun menurutnya, jika melihat angka penyaluran diatas yang sudah semakin cepat, pemerintah optimis kuartal IV-2020 bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif. Bahkan pemerintah proyeksikan dengan penyerapan belanja pemerintah yang mencapai 98% akan berdampak pada keseluruhan pertumbuhan tahun 2020 di angka 0,2%.
“Kalau melihat penyerapannya, kita optimistik kuartal IV kita akan bisa mengakselerasi dan kembali menuju ke positif pertumbuhan kita setelah dua kuartal di zona negatif,” harapnya.
Ekonom IKS, Eric Sugandi menilai dengan optimistis pemerintah yang dapat menyalurkan PEN hingga 100% justru di ramal akan sulit tercapai. “Saya rasa sulit tercapai hingga 100% karena waktu yang tersisa hanya 2 bulan lagi. Tapi bukan berarti juga mustahil,” jelas Eric.
Sehingga, Eric juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi secara full year di tahun 2020 berada di angka minus 2,2%. Menurutnya angka tersebur masih akan di revisi setelah rdata pertumbuhan ekonomi kuartal IIII di rilis oleh Badan Pusat Statistik. (msn)
Discussion about this post