[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Kementerian ESDM menargetkan investasi di sektor mineral dan batubara (minerba) mencapai US$7,7 miliar atau sekitar Rp105,5 triliun (asumsi kurs Rp13.700 per dolar AS) pada 2020.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono menyebut target tersebut meningkat persen dari realisasi 2019 lantaran banyaknya proyek pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter).
Sebagai catatan, realisasi investasi sektor minerba tahun lalu mencapai US$6,5 miliar atau 105 persen dari target investasi yang sudah dipatok Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB), US$6,1 miliar.
“Di 2020, target kami masih US$7,7 miliar, karena apa? Karena ini yang terbesar adalah dari IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus). IUPK ini adalah untuk pabrik-pabrik pengolahan dan pemurnian,” kata Bambang saat rapat Komisi VII DPR di Jakarta.
Ia pun menjelaskan peningkatan investasi akan berlanjut hingga 2021. Namun, Bambang mengatakan tren tersebut akan turun setelahnya, karena proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian smelter yang sudah rampung.
“2021 target turun menjadi US$5,6 miliar kemudian 2022 US$4,3 miliar, kemudian 2023 turun. Karena apa? Karena ini memang pembangunan smelter sudah mulai berkurang,” ungkapnya.
Kemudian, ia mengungkap bahwa kontribusi Izin Usaha Pertambangan (IUP) daerah untuk investasi juga cukup besar pada tahun ini, dengan dana mencapai US$988 juta atau sekitar Rp13,5 triliun.
Bambang mengungkapkan nilai investasi sektor minerba masih didominasi oleh sektor hilir. Ia menjelaskan nilai investasi terkait eksplorasi tambang sendiri tak begitu besar.
Menurut Bambang, hal tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah untuk bisa menciptakan iklim investasi khusus eksplorasi yang lebih menarik bagi para investor. Ia mengatakan nilai eksplorasi sendiri sangat dipengaruhi oleh harga logam
“Dibandingkan dengan pertambangan global, kita (Indonesia) juga kecil kami dalam hal ini (eksplorasi) bagaimana meningkatkan daya tarik investasi. Perkembangan investasi ini dipengaruhi harga logam. Dilihat, global non exploration budget dipengaruhi harga daripada logam,” ungkapnya.(cnn)
Discussion about this post