[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)melihat ada banyak risiko penurunan untuk pasar minyak pada paruh pertama 2021. Sedangkan sekutu OPEC yang biasa dikenal dengan sebutan OPEC+ siap melakukan pertemuan dengan dipimpin oleh Rusia untuk membahas tingkat produksi pada Februari.
“Di tengah tanda-tanda harapan, prospek paruh pertama 2021 sangat beragam dan masih banyak risiko penurunan yang harus dihadapi,” kata Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo, dilansir dari Channel News Asia, Selasa, 5 Januari 2021.
Pada Desember 2020, OPEC+ memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 500 ribu barel per hari (bph) mulai Januari 2021 sebagai bagian dari kenaikan bertahap dua juta barel per hari di tahun ini. Akan tetapi beberapa anggota mempertanyakan perlunya peningkatan lebih lanjut karena penyebaran infeksi virus korona terus terjadi.
“Mengingat fundamental melemah, akan lebih bijaksana bagi OPEC+ untuk mempertahankan produksi tetap stabil dan ada preferensi di antara beberapa produsen terbesar untuk menahan produksi tetap datar,” kata Amrita Sen, salah satu pendiri think-tank Energy Aspects.
Pemimpin OPEC Arab Saudi telah menyarankan pendekatan yang lebih hati-hati selama pertemuan sebelumnya. Sementara anggota OPEC Uni Emirat Arab dan non-OPEC Rusia mengatakan mereka lebih memilih peningkatan yang lebih cepat.
“Pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi tetap berlaku di sejumlah negara, dan ada kekhawatiran tentang munculnya jenis baru virus yang merusak,” kata Barkindo.
Barkindo mengatakan ekonomi global dapat pulih dengan kuat pada paruh kedua 2021 tetapi sektor-sektor seperti perjalanan, pariwisata, rekreasi, dan perhotelan dapat membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai tingkatnya sebelum virus korona melanda dunia.
OPEC+ terpaksa memangkas produksi dengan jumlah rekor pada 2020 karena tindakan penguncian global yang menekan permintaan bahan bakar. OPEC+ pertama memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari, kemudian menurunkan pemotongan menjadi 7,7 juta, dan akhirnya menjadi 7,2 juta dari Januari.
Barkindo mengatakan OPEC sekarang memperkirakan permintaan minyak global akan dipimpin oleh negara-negara berkembang dan naik menjadi 95,9 juta barel per hari pada 2021, atau 5,9 juta barel per hari mulai 2020, karena ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 4,4 persen.
Meski pengembangan vaksin virus korona telah memicu optimisme pasar, namun kenaikan permintaan tersebut masih belum mampu membawa konsumsi ke level pra pandemi sekitar 100 juta bph. Perkiraan OPEC Desember terbaru lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu naik 6,25 juta barel per hari pada 2021 karena dampak pandemi covid-19 yang masih tersisa.
Harga minyak Brent berakhir di atas USD50 per barel pada 2020 -turun lebih dari seperlima secara tahun ke tahun. Tetapi lebih dari dua kali lipat dari posisi terendah April karena produsen memangkas produksi dan karena Amerika Serikat dan Uni Eropa menyetujui triliunan paket stimulus.(msn)
Discussion about this post