[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– PT Pertamina (Persero) berniat menawarkan kerja sama proyek rencana induk pengembangan kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) di Balikpapan, Kalimantan Timur ke Saudi Aramco, perusahaan minyak negara Arab Saudi.
Saudi Aramco merupakan mitra kerja sama Pertamina di proyek pengembangan kilang Refinery Unit IV Cilacap saat ini. Namun, kerja sama kedua pihak belum memberikan hasil signifikan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan penawaran ini akan diberikan perusahaan pelat merah bila kedua pihak tak kunjung mendapat kesepakatan nilai valuasi pada kerja sama kilang Cilacap.
“Jika tidak terjadi kesepakatan dengan valuasi, maka ini ada skema yang sama seperti di kilang Balikpapan. Jadi eksisting kilangnya ini tidak di-spin off, skemanya nanti membangun bersama untuk yang kilang baru saja (Balikpapan),” ucap Nicke di sela acara Pertamina Energy Forum 2019 di Jakarta.
Bila opsi ini terwujud dan disepakati oleh Saudi Aramco, sambung Nicke, maka pengelolaan kilang Cilacap sepenuhnya akan dikelola sendiri oleh Pertamina. Ia mengatakan opsi ini muncul karena di satu sisi perusahaan ingin mempercepat peningkatan kapasitas kilang tersebut.
“Kilang Cilacap ini sudah termasuk dalam rencana untuk peningkatan kapasitas dan juga akan ada petrochemical yang kami bangun secara terintegrasi,” jelasnya.
Kendati begitu, Nicke memastikan keputusan ke depan akan dikaji dengan matang. Pertamina, katanya, masih akan menunggu kesepakatan dari Saudi Aramco sampai akhir tahun ini.
“Opsi pertama tetap seperti skema awal di mana seperti yang sudah dibahas selama in, kami sedang lakukan kesepakatan untuk valuasi,” tuturnya.
Sebelumnya, opsi pengelolaan kilang Cilacap oleh Pertamina secara penuh sejatinya sudah pernah dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. Ia membuka opsi ini karena Pertamina dan Saudi Aramco tak kunjung bersepakat.
“Ya bisa saja (jalan sendiri), kalau tidak ada angka (kesepakatannya). Masa dia (Pertamina dan Saudi Aramco) mau kawin kalau tak cocok,” ujarnya.
Kendati begitu, Luhut masih memberi waktu kedua pihak agar bisa melahirkan kesepakatan.
“Saudi Aramco juga kami sekarang menunggu hasil audit tapi kalau selisih audit itu tetap US$1,5 miliar, kan tidak bertemu, jadi kami tawarkan dia (Saudi Aramco) investasi yang lain,” jelasnya.
Senada, Menteri BUMN Erick Thohir juga memberi sinyal terbuka pada opsi tersebut. Ia ingin ada kejelasan pada Desember mendatang.
“Tetapi kami usahakan yang sudah disepakati oleh kedua negara,” ungkapnya.
Sebagai informasi, kedua perusahaan telah meneken Kesepakatan Kerja Sama Pengembangan Perusahaan Patungan (Joint Venture Development Agreement/JVDA) pada Desember 2016 lalu.
Kerja sama ini merupakan kelanjutan dari perjanjian awal (heads of agreement/HoA) yang ditandatangani pada November 2015 lalu. Nantinya, dua perusahaan akan membentuk perusahaan patungan, untuk pengembangan proyek tersebut.(cnn)
Discussion about this post