[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mendapatkan pinjaman US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun dari sindikasi perbankan. Dana segar itu bakal digunakan untuk menyelesaikan proyek 35.000 megawatt.
“Menyelesaikan proyek yang sedang berjalan. Dari 35.000 megawatt, sebanyak 23.000 mw itu pipeline-nya sedang konstruksi,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani di Jakarta.
Ia menjelaskan, dana tersebut antara lain akan digunakan menyelesaikan pembangunan transmisi guna menyambungkan pembangkit-pembangkit yang sudah ada. Hal ini juga dilakukan sesuai arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang meminta PLN untuk membangun jaringan transmisi baru untuk mencegah pemadaman listrik berulang.
Pada awal Agustus lalu, PLN sempat mengalami gangguan transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kV. Hal ini mengakibatkan pemadaman listrik serempak di Jabodetabek, Jawa Barat dan Banten.
“Pada 2020, kami fokus untuk transmisi karena yang pembangkit tinggal melanjutkan,” kata dia.
Adapun pinjaman sindikasi diperoleh dari delapan bank asing, yaitu DBS Group, Korea Development Bank, MUFG Financial Group, Oversea-Chinese banking Corp, Sumitomo Mitsui Financial, United Overseas Bank, Bank of China dan Cathay United Bank. Masing-masing menyalurkan US$ 125 juta.
Sebelumnya, PLN menerbitkan surat utang global (global bond) dalam mata uang dolar AS dan euro masing-masing US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21 triliun. Penetapan harga global bond tersebut dilakukan pada 30 Oktober 2019.
Utang tersebut antara lain akan digunakan untuk membangun infrastruktur listrik di kawasan terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), serta mendukung target rasio elektrifikasi sebesar 100% pada tahun depan. Per Juli 2019 rasio elektrifikasi telah mencapai 98,8%, seperti terlihat dalam databooks di bawah ini. (msn)
Discussion about this post