[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Produksi PT Freeport Indonesia turun 50 persen sepanjang 2019 lalu. Penurunan terjadi akibat transisi pengelolaan tambang dari model terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah (underground).
Direktur Utama Freeport Indonesia Clayton Allen Wenas alias Tony Wenas mengatakan proses penambangan pada open pit selesai pada 2019. Selanjutnya perusahaan tambang itu mulai menambang pada tambang bawah tanah di 2020.
Untuk diketahui tambang open pit milik Freeport Indonesia adalah Grasberg open pit. Sementara tambang bawah tanah yaitu DOZ Block Cave dan Grasberg Block Cave.
“Jadi tidak dilakukan penambangan lagi karena tambang bawah tanah berada persis di bawah open pit tersebut, sehingga untuk dibangun bawah tanah atasnya harus berhenti. Karenanya produksi kami berkurang 50 persen sebab tidak ada aktivitas pada Grasberg open pit,” tuturnya.
Data perseroan menyebutkan produksi bijih mineral di 2018 sebanyak 178 ribu ton. Namun demikian, ia tidak menuturkan capaian produksi sepanjang tahun lalu.
Saat ini, kata dia, Freeport masih memiliki cadangan mineral sebanyak 1,2 miliar ton. Dengan beroperasinya tambang bawah tanah, perseroan menargetkan produksi sebesar 200 ribu ton bijih mineral per hari di 2021. Ia memastikan cadangan mineral Freeport masih dapat mencukupi hingga 2041 sesuai dengan masa Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
“Setelah 2041 masih ada cadangan. Dari tambang bawah tanah Kucing Liar Blok Cave sampai 2050. Lalu di bawahnya masih ada cadangan yang jumlah cukup besar bisa lebih dari 2050. Tapi kami fokus 2041 karena izin berakhir di 2041,” paparnya.
Tekan Ekonomi Papua
Penurunan produksi tak hanya berdampak pada kinerja perseroan. Transisi tambang itu juga menekan pertumbuhan ekonomi Papua.
Menurut data BPS, ekonomi Papua kuartal I 2019 minus 18,66 persen. Kemudian, kuartal II 2019 minus 23,91 persen, kuartal III 2019 minus 15,05 persen, dan kuartal IV 2019 minus 3,73 persen.
“Tentunya ada beberapa penerimaan daerah yang berkurang karena produksi kami juga berkurang. Ada beberapa pajak daerah yang berkurang. Ya kalau 50 persen bayangkan saja 50 persen yang berkurang,” papar VP Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama.
Akan tetapi, Riza mengaku tidak mengetahui kontribusi Freeport Indonesia ke Papua. Namun demikian, ia memastikan jika tambang bawah tanah beroperasi, maka sumbangan Freeport Indonesia kembali normal.
“Tambang terbukanya sudah selesai. Tambang bawah tanahnya masih belum optimal. Jadi sebenarnya ada gap aja, bukan karena ada penurunan produksi,” tuturnya. (cnn)
Discussion about this post