[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio meminta pelaku industri wisata, seperti perhotelan dan restoran, serta ekonomi kreatif diberi ruang agar tetap bisa melakukan kegiatan usahanya di masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
“Saya berharap sektor-sektor atau pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang selama ini telah berupaya menjalankan protokol kesehatan dengan baik mendapatkan apresiasi dari Pemda DKI dengan diberikan ruang lebih sehingga bisa tetap bangkit,” kata Wishnutama.
Wishnutama mengatakan, dalam menekan laju penyebaran Covid-19, penerapan protokol kesehatan dalam bidang usaha dan kegiatan bisnis lainnya merupakan kunci utama. Saat ini pun, Kementerian telah menggalakkan program cleanliness, healthy, safety, and enviromental sustainability atau CHSE bagi masing-masing pelaku industri.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan bahwa pemerintah setempat akan menerapkan PSBB pada 14 September 2020 setelah kasus penyebaran virus corona terus menanjak. PSBB pernah diberlakukan pada April lalu, namun Pemprov melakukan relaksasi, dua bulan kemudian. Dengan kembali berlakunya PSBB, kegiatan perkantoran, sekolah, dan rumah ibadah dibatasi. Seluruh aktivitas tetap berjalan dari tempat masing-masing.
Pengusaha Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI mengakui tengah mengalami pukulan kedua setelah kasus virus corona di dalam negeri terus menanjak. Ketua Umum PHRI Haryadi Sukamdani mengatakan pengusaha sempat menghirup napas segar saat akhir pekan panjang Agustus lalu, namun kini kembali merugi akibat tingginya penyebaran penyakit.
“Kemarin long weekend dua kali, di beberapa daerah menunjukkan perbaikan. Tapi selesai itu, okupansi kembali drop, apalagi kasus positif corona naik,” ujar Haryadi saat dihubungi pada Rabu, 9 September.
Kurva penyebaran virus yang sama sekali belum menunjukkan gejala melandai, tutur Haryadi, membuat masyarakat urung bepergian. Padahal pada bulan-bulan lalu, ketika penambahan kasus belum terlampau signifikan, minat perjalanan diakui mulai tumbuh.
Haryadi menjelaskan, santernya penyebaran Covid-19 membuat industri pariwisata sulit menyusun rencana ke depan. Musababnya, pengusaha menghadapi ketidakpastian.
Walhasil, sejumlah pengusaha hotel menerapkan mekanisme buka-tutup untuk tetap bertahan di masa pandemi. Dia mencatat, total hotel di lokasi wisata seperti Bali, yang menjalankan operasi penuh hanya sekitar 10 persen. Sedangkan sisanya menghentikan operasional sementara.
Haryadi menduga kondisi ini masih akan berlangsung sampai akhir 2020. “Apalagi kasus Corona kita sudah tembus 200 ribu,” tuturnya.(msn)
Discussion about this post