KeuanganNegara.id-Saham-saham sektor pariwisata dan perhotelan terpukul cukup dalam karena pandemi virus corona. Dibandingkan dengan saham sektor konsumer, perbankan, dan konstruksi.
Maklum, bisnis pariwisata dan perhotelan pun lesu karena sebagian besar masyarakat menunda rencana liburan, dan maraknya pembatasan terbang di beberapa negara.
Sebut saja, saham PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) terpantau turun 2,17 persen ke posisi Rp450 per saham pada penutupan perdagangan Jumat (27/3). Sejak awal Maret, emiten yang mayoritas sahamnya dikantongi Pemprov DKI itu anjlok 45,45 persen.
Pemprov DKI sendiri telah menutup tempat wisata itu selama dua pekan terhitung sejak Sabtu, 14 Maret lalu, bersamaan dengan tempat wisata lainnya di Jakarta yang menjadi episentrum virus corona.
Emiten perhotelan juga mengalami hal serupa sejak kunjungan tamu yang menginap di hotel merosot.
Saham PT Citra Putra Realty Tbk yang memiliki hotel The Stone di Legian, Bali, tercatat urun 0,43 persen ke posisi Rp2.330 per saham. Sejak awal bulan, saham Citra Putra Realty terjun 41,90 persen.
Serupa, saham PT Hotel Sahid Jaya International Tbk juga tak bergerak di posisi Rp3.980 per saham. Sejak awal bulan saham dengan kode SHID ini turun dua digit, yakni 13,85 persen.
Lalu, saham PT Dafam Property Tbk sebagai pengelola Hotel Dafam yang memiliki jaringan hotel di berbagai kota juga menetap di posisi Rp338 per saham. Sejak awal bulan, saham dengan kode DFAM ini tergerus 11,98 persen.
Berbeda dengan emiten lainnya, saham PT Nusantara Properti Internasional Tbk masih terpantau kinclong. Pada penutupan hari ini, perusahaan dengan kode saham NATO itu mampu naik sebesar 4,13 persen menjadi Rp1.135 per saham. Sejak awal bulan, saham Nusantara Properti justru mampu bertambah 3,18 persen.
Nusantara Properti sendiri memiliki hotel, vila, dan resort di beberapa kota. Untuk fasilitas hotel, perseroan mengelola Luna2 Seminyak, Bali.
Lalu, The Seri Villas di Seminyak serta sejumlah resort seperti Takabonerate Resort di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Maratua Beach Resort di Kalimantan Utara, dan Surfer Paradise Resort di Pulau Rote.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memprediksi kinerja sektor tersebut baru pulih pada tahun depan. Usai pandemi virus corona mereda, baru lah masyarakat mulai memperbaiki usahanya.
“Orang akan berwisata kalau sudah punya uang,” ujarnya.
Hans menilai sektor pariwisata merupakan sektor yang paling parah menerima dampak negatif virus corona. Padahal, jika saja pandemi tersebut tidak muncul, maka sektor pariwisata memiliki prospek gemilang tahun ini.
Sebab, sebagaimana diketahui Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya mengaku akan menggenjot sektor pariwisata untuk mendatangkan devisa.
“Sebenarnya kalau tidak ada virus corona prospek pariwisata masih bagus, tetapi virus corona diprediksi baru selesai pada Agustus,” katanya.(cnn)
Discussion about this post