[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Pandemi COVID-19 telah berlangsung lebih dari satu tahun dan menyebabkan perekonomian terdampak cukup dalam. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) pun melakukan langkah-langkah sinergi demi menopang perekonomian nasional.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng mengatakan hingga kini sinergi kebijakan nasional masih terus berlanjut, termasuk kebijakan akomodatif dari BI baik di sektor moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.
“Di area moneter, sejak 2020 BI telah menurunkan suku bunga kebijakan dan keseluruhan mencapai 150 bps sehingga pada saat ini levelnya suku bunga 3,5 persen dan terendah sepanjang sejarah,” ujar Sugeng dalam Webinar Sinergi Memperkuat Perekonomian, Kamis (25/3).
Selain itu sejak 2020, BI juga telah menambah likuiditas di perbankan sebesar Rp 776,87 triliun atau setara dengan 5,03 persen dari PDB Indonesia. Sejalan dengan itu, Sugeng mengatakan sinergi ekspansi moneter dan akselerasi fiskal juga diperkuat dengan peran BI sebagai standby buyer pembeli SBN di pasar perdana.
Di sisi lain, BI juga berhasil mempertahankan nilai tukar rupiah pada kondisi yang stabil. Menurut Sugeng BI akan memperkuat kebijakan nilai tukar rupiah lewat triple intervention. Hal ini dilakukan untuk menjaga rupiah agar sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar.
Kemudian di sisi makroprudensial, BI juga menggelontorkan kebijakan-kebijakan akomodatif yang diarahkan untuk mengakselerasi pertumbuhan kredit. Meski demikian Sugeng memastikan bahwa kebijakan tersebut tetap memperhitungkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.
Beberapa kebijakan tersebut antara lain BI memberikan kelonggaran ketentuan uang muka kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor menjadi paling sedikit 0 persen. Sementara rasio LTV atau FTV kredit pembiayaan properti menjadi paling tinggi 100 persen untuk semua jenis properti, rumah tapak, rusun, ruko/rukan. Selain itu BI juga menghapus ketentuan pencairan bertahap pada properti inden.
“Kemudian yang terbaru adalah RDG bulan Maret kemarin BI kembali menambah kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan bertujuan mengakselerasi kredit dunia usaha yang berkaitan dengan ekspor,” ujarnya.
Dengan beragam kebijakan tersebut Sugeng mengatakan Indonesia berhasil menekan dampak pandemi dan mengalami perbaikan dari kuartal ke kuartal. Seperti diketahui, pada kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi lebih dari 5 persen. Namun kondisi tersebut terus membaik bahkan lebih baik ketimbang beberapa negara regional.
“Dari kuartal II yang alami kontraksi lebih dari 5 persen dan turun, turun kontraksinya dan 2020 pertumbuhan ekonomi terkontraksi 2,07 persen. Kalau dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita, kontraksi Indonesia lebih kecil dari Thailand yang terkontraksi 4,2 persen, Malaysia 3,4 persen dan Singapura 2,4 persen,” ujarnya.
Discussion about this post