[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-PT Pertamina (Persero) membeberkan sejumlah rencana kerja tahun depan. Dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, ada sejumlah target perusahaan yang bakal dikejar seperti pendapatan dan laba bersih.
Tak hanya itu, tahun depan perusahaan juga bakal menggelontorkan duit cukup besar untuk investasi, khususnya di sektor hulu minyak dan gas. Sedangkan di sisi hilir, Pertamina justru memprediksi bakal ada lonjakan konsumsi untuk produk subsidi mulai dari BBM Solar hingga LPG 3 kilogram.
Berikut rencana kerja BUMN permigasan tahun depan :
1. Bidik Laba Bersih Rp 30,8 Triliun di 2020
Pertamina menargetkan laba bersih USD 2,2 miliar atau setara dengan Rp 30,8 triliun (kurs Rp 14.000) pada 2020. Jumlah yang dipatok ini naik tipis 10 persen dari target laba bersih tahun ini USD 2 miliar.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, naiknya target keuntungan tahun depan karena didorong oleh kinerja produksi minyak dan gas yang naik. Nicke menyebut, target produksi migas 2020 sebesar 923 ribu barel setara minyak per hari (boepd), naik dibandingkan target tahun ini 906 ribu boepd.
“Untuk tahun depan produksi migas Pertamina dipatok 923 ribu boepd. Rinciannya, produksi minyak mencapai 430 ribu barel per hari (bph) dan produksi gas sebesar 2.857 juta kaki kubik per hari (mmscfd),” kata Nicke dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI kemarin.
Faktor lain adalah turunnya harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP). Dalam APBN 2020, ICP diasumsikan USD 63 per barel, turun dibandingkan asumsi ICP dalam APBN 2019 yang sebesar USD 70 per barel.
Sedangkan pendapatan tahun depan, Nicke menargetkan USD 58,33 miliar. Angka yang dipatok dengan asumsi ICP sebesar USD 63 per barel dan kurs Rp 14.400 per dollar AS dalam APBN 2020. Sementara untuk total volume penjualan produk minyak ditargetkan mencapai 90,83 juta Kiloliter (KL).
2. Siapkan Belanja Modal Rp 109 Triliun
Pertamina juga menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) pada 2020 sebesar USD 7,8 miliar atau setara Rp 109,2 triliun (kurs Rp 14.000). Belanja modal tahun depan ini naik 73 persen dibandingkan modal tahun ini yang hanya USD 4,5 miliar atau Rp 64 triliun.
Nicke Widyawati mengatakan, sebanyak 60 persen dari belanja modal akan dialokasikan untuk kegiatan hulu. Pengeluaran paling besar bakal digelontorkan untuk pengeboran di Blok Mahakam.
“Ini angkanya cukup besar tahun depan untuk investasi di hulu yang sebagian besar kami alokasikan untuk eksplorasi gas di Blok Mahakam,” ujarnya.
Menurut Nicke, alokasi tersebut penting bagi sektor hulu untuk menahan laju penurunan produksi di Blok Mahakam. Saat ini, decline rate di Blok Mahakam mencapai 25 persen, sementara perusahaan harus mengebor 122 sumur.
3. Konsumsi BBM Subsidi Diprediksi Bengkak Jadi 17 Juta Kiloliter
Pertamina juga memprediksi konsumsi BBM Solar bersubsidi bakal melonjak tajam pada 2020. Alasannya, konsumsi tahun ini sudah yang melampaui kuota 14,5 juta kiloliter.
Nicke Widyawati mengatakan, prognosa BBM Solar subsidi tahun depan mencapai 17 juta KL. Angka ini lebih besar dari kuota yang telah diketok dalam APBN 2020 yakni 15,36 juta KL.
“Kita perkirakan nanti tahun depan prognosanya mencapai 17 juta KL. Dan ini barangkali kami akan meminta DPR sebagai bahan masukan untuk target tahun depan mengingat di APBN masih 15,3 juta KL,” katanya.
Karena kuota yang habis per November ini, pemerintah telah memerintahkan perusahaan menambah penyaluran ke masyarakat. Nicke memprediksi, kebutuhan BBM Solar bersubsidi hingga Desember 2019 mencapai 16 juta KL atau ada tambahan 1,5 juta KL.
Nicke menyebutkan, jebolnya konsumsi BBM Solar subsidi karena meningkatnya permintaan di beberapa daerah, terutama daerah yang memiliki banyak wilayah pertambangan dan perkebunan. Banyaknya jalan tol di Jawa dan Sumatera juga berpengaruh pada naiknya konsumsi Solar.
Jika dirunut dari 2017, tren konsumsi BBM Solar subsidi terus meningkat. Pada 2017 realisasinya 14 juta KL. Pada 2018 meningkat 7,2 persen menjadi 15,36 juta KL. Tahun ini, dari APBN dipatok 14,5 juta KL, tapi karena jebol, prognosa di tahun ini hingga 16 juta KL.
4. Pertamina Prediksi Konsumsi LPG 3 Kg Naik Jadi 7,22 Juta Ton
Tak hanya BBM Solar subsidi, Pertamina juga memprediksi konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram bersubsidi bakal mengalami kenaikan menjadi 7,22 juta ton pada 2020. Angka ini naik dari target tahun ini yang sebesar 6,5 juta ton.
Nicke Widyawati mengatakan, target tahun depan naik signifikan karena ada program konversi BBM ke LPG di beberapa daerah di Indonesia sejak 2017.
“Khususnya di Indonesia bagian tengah untuk nelayan dan petani. Prognosa 2020 kami perkirakan mencapai 7,22 juta metrik ton,” kata dia.
Sedangkan untuk konsumsi tahun ini, Nicke menyebutkan bakal melebihi kuota dari target APBN 2019, yaitu dari 6,5 juta ton menjadi 6,9 juta ton. Kata Nicke, sejak Pertamina mendapatkan penugasan konversi mulai 2017, konsumsi LPG 3 kg selalu bengkak.
“Jika dilihat konsumsinya ada sedikit peningkatan 4-6 persen. Misalnya realisasi 2017 sekitar 6 juta ton, pada 2018 naik menjadi 6,35 juta ton atau naik 3,18 persen, dan prognosa 2019 6,9 juta ton,” tuturnya.(msn)
Discussion about this post