[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan harga avtur yang diberikan oleh perusahaan sejatinya sudah cukup kompetitif bagi pasar domestik. Sebab, harga avtur dipatok berdasarkan formula dari pemerintah.
Selain itu, ia mengklaim perkembangan harga sejatinya turut mengimbangi harga di pasar internasional. Di sisi lain, perusahaan secara rutin mengevaluasi harga setiap dua pekan sekali.
“Kami yakini harga avtur Pertamina sudah cukup kompetitif. Harga avtur, BBM, solar, semua pakai formula yang ditetapkan pemerintah, kami ikuti aturan saja,” ujar Nicke di Pertamina Energy Forum 2019, Jakarta.
Pernyataan ini disampaikan guna menanggapi pandangan dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang menuding bahwa harga avtur dari Pertamina terlampau tinggi. Menurut catatan Budi, harga avtur Pertamina sekitar 25 persen lebih tinggi dari sumber lain, misalnya harga avtur di Singapura.
“Ini akan membuat ketersediaan meningkat dari 2,5 hari menjadi 22 hari. Semoga ini bisa menurunkan biaya distribusi, jadi agar tidak loading dan unloading,” tuturnya.Menurut Nicke, sekalipun ada harga avtur Pertamina yang cukup tinggi, itu umumnya terjadi di Indonesia bagian timur. Penyebabnya, karena ada keterbatasan infrastruktur di kawasan tersebut.
“Kalau dibandingkan dengan negara tetangga yang tidak ada pulau terluar, kami memang harus melakukan loading dan unloading berulang kali. Misalnya, dari kilang di Cilacap, dibawa kapal, ditransitkan di TBBM besar, lalu dibawa dengan truk ke pelabuhan kecil, lalu masuk kapal lagi, truk lagi, baru sampai ke bandara kecil di wilayah timur,” jelasnya.
Kendati begitu, Nicke mengklaim bahwa keterbatasan infrastruktur di Indonesia timur sudah disadari oleh perusahaan. Maka dari itu, perusahaan mulai mempercepat pembangunan infrastruktur penunjang di kawasan tersebut.
Salah satunya, kata Nicke, perusahaan pelat merah tengah finalisasi pembangunan infrastruktur hilir di Sorong, Papua. Bila target tak meleset, perusahaan akan meresmikannya pada 10 Desember mendatang.
Sayangnya, Nicke enggan memberi tanggapan lebih lanjut bila Budi Karya tetap ingin mengundang pemain lain masuk ke pasar penjualan avtur di tingkat nasional. Ia hanya menekankan bahwa perusahaan terus berusaha meningkatkan kemampuan sembari menurunkan tingkat impor avtur guna memenuhi keinginan pemerintah mengurangi defisit neraca perdagangan.
“Mulai Maret 2019 kami sudah tidak impor avtur maupun solar. Khusus avtur, kami sudah ekspor sejak Juni 2019. Kilang sudah di-upgrade, khususnya Cilacap, sehingga produksi avtur bisa diperbanyak,” jelasnya.
Sebelumnya, Budi Karya menyatakan ingin mengundang pemain lain masuk ke Indonesia guna memenuhi kebutuhan avtur bagi para maskapai. Sebab, harga avtur dari Pertamina lebih tinggi 25 persen dari harga rata-rata di Singapura.
Hal ini membuat harga operasional maskapai pun ikut terkerek, sehingga turut meningkatkan harga jual tiket ke penumpang. Kendati begitu, sebelum buka pintu ke pemain lain, Budi ingin berbicara lebih dulu dengan Menteri BUMN Erick Thohir.
“Saya sudah menghubungi Erick Thohir, dalam akhir minggu ini saya akan adakan rapat menteri BUMN dan stafnya. Kalau sampai tidak ada penurunan harga di Pertamina, Februari kami masukkan partner yang lain,” kata Budi Karya.(cnn)
Discussion about this post