[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-The Economist Intelligence Unit (The EIU) mengingatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengantisipasi lonjakan penularan virus corona ketika musim mudik Lebaran nanti. Pasalnya, sebanyak 30 juta orang diprediksi bepergian ke kampung halaman atau sekadar berlibur.
Puluhan juta orang itu akan menggunakan berbagai moda transportasi, seperti pesawat, kereta api, bus, hingga mobil pribadi. Berbagai area seperti tempat peristirahatan di jalan tol, stasiun bus, dan bandara otomatis akan dipadati oleh banyak masyarakat.
“Ada risiko penularan virus corona ke daerah terpencil hanya dalam kurun waktu satu pekan,” ungkap The EIU dalam risetnya.
Sejauh ini, Jokowi belum memiliki rencana untuk lockdown atau membatasi akses keluar-masuk di wilayah tertentu demi mencegah penyebaran virus corona. Namun, jika jumlah pasien yang positif wabah itu terus bertambah signifikan, maka pemerintah akan dipaksa untuk membatasi perjalanan selama Lebaran tahun ini.
“Kehadiran pihak polisi dan militer yang banyak sangat diperlukan untuk menjaga ketertiban,” kata The EIU.
Selain itu, sikap organisasi-organisasi Islam selama Ramadhan juga amat mempengaruhi penyebaran virus corona di dalam negeri. Pasalnya, ada budaya untuk sholat tarawih dan doa di masjid selama Ramadhan.
Ramadhan sendiri akan dimulai pada 23 April mendatang selama 30 hari. Kemudian, Lebaran diprediksi jatuh pada 24 Mei 2020. The EIU melihat mudik akan terjadi pada 22 Mei 2020.
The EIU menilai keputusan untuk lockdown di Indonesia memang tak mudah. Pasalnya, banyak warga yang tinggal bersama dengan saudara yang lebih tua. Ketika lockdown terjadi, anggota keluarga yang lebih muda akan dipaksa untuk tetap pergi bekerja demi mendapatkan penghasilan.
Dalam beberapa minggu ke depan, pemerintah akan fokus pada tes pengujian dan menjaga pasokan bahan pokok. Jokowi sebelumnya telah mengunjungi gudang Perum Bulog untuk melihat ketersediaan bahan pokok di dalam negeri.
Ia mengklaim sejauh ini jumlah pasokan bahan pokok cukup hingga Ramadhan. Namun, The EIU berpendapat tetap ada risiko ketahanan pangan dan mengganggu rantai pasok.
Indonesia, lanjut The EIU, sebenarnya baru masuk pada fase awal pertempuran melawan virus corona. Lembaga riset internasional itu melihat ekonomi Indonesia akan ‘sakit’ dan pihak rumah sakit hanya mampu mengurus beberapa pasien saja.
“Kemungkinan kerusuhan sosial terjadi. Sangat penting pemerintah melakukan lockdown atau jumlah nyawa yang hilang semakin banyak,” papar The EIU.
The EIU menyatakan pemerintah sebenarnya tanggap dalam membuat paket kebijakan demi menjaga ekonomi dari serangan virus corona. Diketahui, pemerintah menerbitkan kebijakan fiskal jilid pertama pada Februari 2020 dan dilanjutkan dengan paket kedua pada bulan ini.
Saat ini pemerintah sedang mempersiapkan paket kebijakan fiskal ketiga. Nantinya, paket itu akan memprioritaskan sektor kesehatan.
Hanya saja, Jokowi menolak untuk melakukan pembatasan pertemuan di ruang pubik yang telah diberlakukan di negara lainnya demi meminimalisir penularan virus corona. Sebagai gantinya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu hanya mengimbau warga untuk bekerja dari rumah (work from home) dan warga membatasi perjalanan yang tak terlalu penting.
“Kami berharap pembatasan lebih lanjut akan diumumkan oleh pemerintah,” pungkas The EIU. (CNN)
Discussion about this post