[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyatakan 80 persen perusahaan pembiayaan kini sudah berhenti menyalurkan pinjaman kepada nasabah. Hal ini dilakukan karena perusahaan khawatir virus corona akan membuat jumlah nasabah yang mengajukan relaksasi semakin banyak.
Ketua APPI Suwandi Wiratno mengungkapkan likuiditas perusahaan rentan terganggu jika seluruh debitur mengajukan pelonggaran. Masalahnya, pendapatan perusahaan pembiayaan hanya berasal dari pembayaran bunga dan arus kas dari pembayaran pokok utang.
“Sekitar 80 persen perusahaan pembiayaan sekarang berhenti memberikan pinjaman. Takut ada penambahan klaim yang macet (pembayarannya akibat terdampak virus corona),” ujar Suwandi dalam video conference.
Belum lagi, sejumlah perbankan juga mulai berhenti menyalurkan pinjaman ke perusahaan pembiayaan. Padahal, perusahaan pembiayaan masih memiliki plafon untuk menarik kredit dari perbankan.
“Banyak perusahaan pembiayaan yang dihentikan sumber likuiditasnya dari perbankan walaupun masih ada plafon yang terbuka dan bisa ditarik,” kata Suwandi.
Ia tak menyebut secara spesifik perusahaan mana saja yang sudah menyetop memberikan pinjaman baru ke nasabah. Yang pasti, jumlah perusahaan pembiayaan saat ini sebanyak 183 perusahaan.
Dari total tersebut, jumlah piutang pembiayaan saat ini mencapai RPp452 triliun. Sementara, jumlah karyawannya sebanyak 224,61 ribu orang.
Suwandi menyatakan perusahaan pembiayaan membutuhkan fasilitas restrukturisasi dari perbankan di tengah penyebaran virus corona. Jika tidak, perusahaan akan mengalami masalah likuiditas karena memberikan banyak memberikan keringanan pembayaran cicilan kepada nasabah.
Sementara, perusahaan pembiayaan harus tetap membayar utangnya, baik pokok dan bunga kepada perbankan. Jika demikian, keuangan perusahaan bisa saja memburuk apabila dibiarkan.
“Kami perlu bekerja sama dengan bank. Kami berharap dapat restrukturisasi yang sama dengan nasabah agar arus kami tidak terganggu,” ujar Suwandi.
Berdasarkan proyeksinya, perusahaan di sektor pembiayaan berpotensi merugi hingga Rp87,64 triliun jika seluruh debitur pembiayaan motor dan mobil mengajukan restrukturisasi di tengah penyebaran virus corona.
Suwandi menyebut mayoritas kerugian berasal dari pembiayaan mobil. Jika dirinci, potensi kerugian dari pembiayaan mobil sebesar Rp45,58 triliun dan motor Rp42,06 triliun.(cnn)
Discussion about this post