[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan tumbuh 2,5 persen pada 2020. Proyeksi ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 2,7 persen yang dikeluarkan pada pertengahan tahun lalu.
Namun, proyeksi itu menandakan ada sedikit perbaikan ekonomi dunia. Sebab, Bank Dunia turut memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 dari 2,6 persen dari 2,4 persen.
Dalam laporan bertajuk ‘Global Economic Prospects‘, Wakil Presiden Bank Dunia Bidang Pertumbuhan, Keuangan, dan Institusi Ceyla Pazarbasioglu menyatakan proyeksi itu muncul dari akumulasi ‘ramalan’ kondisi ekonomi negara-negara maju yang diperkirakan turun menjadi 1,4 persen pada 2020. Sementara negara-negara berkembang justru meningkat menjadi 4,1 persen.
“Ekonomi global diperkirakan naik tipis menjadi 2,5 persen pada 2020 karena investasi dan perdagangan secara bertahap pulih dari kelemahan signifikan tahun lalu, tetapi risiko menurun masih ada,” ungkapnya.
Bank Dunia merinci kontribusi perlambatan ekonomi negara-negara maju berasal dari menurunnya prospek ekonomi Amerika Serikat menjadi 1,8 persen pada tahun ini. Lembaga internasional itu menyatakan penurunan terjadi karena ketidakpastian masih menyelimuti Negeri Paman Sam.
“Ini mencerminkan dampak negatif dari kenaikan tarif sebelumnya (kebijakan perang dagang terhadap China),” terangnya.
Kemudian, prospek ekonomi negara-negara kawasan Euro juga turun menjadi 1 persen pada 2020. Pemicunya adalah pelemahan aktivitas industri di Benua Biru.
Sementara dari kawasan negara berkembang, Bank Dunia menggarisbawahi, meski ada peluang pertumbuhan ekonomi yang positif, namun hal ini tidak terjadi serempak di semua negara. Artinya, hanya ada beberapa negara di kawasan berkembang yang menikmati pertumbuhan baik, sementara ada pula yang masih cukup sulit.
Proyeksinya, perekonomian sekitar sepertiga dari pasar dan ekonomi negara berkembang akan melambat. Hal ini terjadi karena kinerja ekspor dan investasi yang lemah .
Untuk itu, ia melihat para pemimpin negara berkembang perlu segera mengambil kebijakan yang berdampak pada reformasi struktural, mendorong pertumbuhan, dan mengurangi kemiskinan.
“Langkah-langkah untuk meningkatkan iklim bisnis, supremasi hukum, pengelolaan utang, dan produktivitas dapat membantu mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan,” terangnya.
Lebih lanjut, menurut Bank Dunia, penurunan prospek ekonomi global tetap ada, meski perkiraannya sedikit lebih baik dari tahun lalu. Bila prospek turun, maka risiko bisa meningkat.
Mulai dari ketidakpastian kebijakan di bidang perdagangan, penurunan ekonomi yang lebih tajam di beberapa negara maju, hingga gejolak keuangan di pasar negara berkembang.
Bank Dunia melihat risiko-risiko ini bisa tetap terjadi sekalipun ada peluang perbaikan laju ekonomi dari para negara berkembang. Pasalnya, pertumbuhan per kapita diperkirakan akan jauh di bawah rata-rata jangka panjang dan jauh di bawah level yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengentasan kemiskinan.
“Suku bunga global yang rendah hanya memberikan perlindungan genting terhadap krisis keuangan. Sejarah gelombang akumulasi utang masa lalu menunjukkan bahwa gelombang ini cenderung memiliki akhir yang tidak bahagia,” kata Direktur Bank Dunia Bidang Prospek Ekonomi Ayhan Kose.
Untuk itu, menurutnya, para pemerintah negara-negara di dunia perlu melakukan perbaikan kebijakan demi meminimalisir risiko dari bahaya gelombang utang. Terlebih, kondisi ekonomi juga belum sepenuhnya mendukung. (cnn)
Discussion about this post