[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing mulai masuk (inflow) ke pasar keuangan domestik, utamanya melalui portofolio investasi surat berharga negara (SBN). Meskipun demikian, investasi berbentuk saham masih mengalir keluar (outflow).
Berdasarkan data transaksi harian dari nonresiden atas investasi portofolio pada 13-20 April lalu, dana asing yang masuk ke Indonesia membanjiri SBN. Dalam rentang waktu sepekan tersebut, investor asing ramai-ramai membeli SBN sebanyak Rp4,37 triliun.
Sayangnya, investasi portofolio berbentuk saham di pasar keuangan Indonesia tak dapat mengikuti jejak positif SBN. Dalam periode yang sama, investasi saham tercatat outflow sebanyak Rp2,80 triliun.
“Sehingga secara netto inflow asing ke portofolio di Indonesia baik SBN maupun saham netto-nya Rp1,57 triliun,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam telekonferensi di Jakarta, Rabu.
Menurut Perry, dana-dana asing yang masuk tersebut menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap investasi portofolio di Indonesia. Khususnya dalam investasi portolio pendapatan tetap (fix income) berupa SBN yang terus berangsur-angsur mengalami kenaikan.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi diserbunya portofolio SBN. Pertama dari sisi imbal hasil investasi (yield), portofolio dalam bentuk SBN di Indonesia cukup menarik bagi para pemodal asing.
“Ini bisa kita ukur dengan beberapa indikator misalnya mengenai yield spread atau perbedaan yield antara obligasi pemerintah Indonesia yang 10 tahun dengan US treasury yang juga 10 tahun, perbedaannya itu 7,1 persen atau 713 basis poin (bps),” urai Perry.
Demikian juga bila diukur dengan yield secara riil, yaitu riil dikurangi dengan investasi. Berdasarkan perhitungan riil yield, investasi surat utang pemerintah Indonesia setelah dikurangi ekspektasi inflasi itu sebesar 4,6 persen.
“Perbedaan suku bunga dalam bentuk yield itu menarik, lebih tinggi dibandingkan dengan Meksiko, India, maupun juga dengan negara-negara Asia lainnya. Sehingga secara imbal hasil menarik,” tutur dia.
Selain itu, derasnya aliran asing yang masuk ke Indonesia tercermin pada indikator premi risiko. Premi risiko investasi jangka pendek itu terlihat dalam indikator global volatility index (VIX).
Sebelum terjadi covid-19, indeks VIX berada di posisi 18,8. Namun pada saat kepanikan di pasar keuangan global yang terjadi di pekan kedua dan ketiga Maret 2020, indeks VIX naik signifikan ke level tertinggi di 83,2. Saat ini, indeks VIX berada di posisi 43,8.
“Artinya kepanikan pasar keuangan global memang puncaknya pada minggu kedua Maret kemudian berangsur-angsur mereda. Memang ketidakpastian masih berlangsung karena 43,8 itu kan kalau dibandingkan sebelum covid 18,8, tapi jauh lebih rendah dari 83,2 pada saat minggu kedua Maret lalu,” pungkas Perry.(msn)
Discussion about this post