KeuanganNegara.id- Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan ekonomiIndonesia sulit tembus 6 persen atau keluar dari kisaran 5 persen dalam waktu dekat ini. Pasalnya, ekonomi dalam negeri diperkirakan masih menghadapi tekanan dari nilai tukar rupiah.
Tekanan tersebut membuat beban Indonesia, yang saat ini masih banyak bergantung pada impor menjadi rapuh. Maklum, ketergantungan tinggi terhadap impor tersebut bisa membuat ketersediaan dolar AS di dalam negeri semakin sedikit di Indonesia.
Suplai dolar yang menipis akan membuat rupiah mudah tertekan.
“Bicara soal pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu terkendala jika pertumbuhannya diikuti dengan peningkatan tekanan dari nilai tukar,” ungkap Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, Rabu (4/9). Selain dari tekanan rupiah, BI juga memandang ekonomi masih dibayangi beban kenaikan harga sejumlah barang pemicu inflasi.
“Inilah yang selalu kami lihat mengapa pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 5,1 persen sampai 5,2 persen. Keinginan kami untuk tumbuh 6 persen tanpa ada gangguan dari stabilitas moneter,” katanya. Untuk mendorong ekonomi bisa tumbuh, Dody menyebut BI masih membuka peluang untuk menurunkan suku bunga acuan dalam waktu mendatang. Sebelumnya, bank sentral telah memangkas suku bunga acuan sebanyak dua kali tahun ini sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen dari 6 persen. Harapannya ini disambut oleh pelaku usaha di sektor ekonomi untuk meningkatkan kembali kegiatan usahanya,” ucap Dody. (cnn)
Discussion about this post