KeuanganNegara.id- Nilai tukar rupiah tercatat di posisi Rp14.160 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Rabu (4/9) sore. Posisi ini menguat 0,48 persen dibanding penutupada Selasa (3/9) yakni Rp14.228 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.218 per dolar AS atau melemah dibanding kemarin yakni Rp14.217 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah bergerak di dalam rentang Rp14.156 per dolar AS hingga Rp14.222 per dolar AS.
Sore hari ini, hampir seluruh mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong menguat 0,06 persen, baht Thailand menguat 0,11 persen, dolar Singapura menguat 0,3 persen, dan yuan China menguat 0,38 persen.
Kemudian, ringgit Malaysia menguat 0,4 persen, rupee India menguat menguat 0,52 persen, won Korea Selatan menguat 0,63 persen, dan peso Filipina menguat 0,65 persen. Di kawasan Asia, hanya yen Jepang saja yang melemah terhadap dolar AS dengan nilai 0,29 persen.
Nilai tukar mata uang negara maju juga menguat terhadap dolar AS. Euro menguat 0,36 persen, dolar Australia menguat 0,41 persen, dan poundsterling Inggris menguat 0,65 persen.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan indeks dolar AS memang tengah melemah lantaran pelaku pasar bereaksi atas rilis data indeks manufaktur AS sesbesar 49,1 pada Agustus kemarin. Angka ini merupakan yang terendah sejak Januari 2016.
Data ekonomi yang memburuk membuka kembali spekulasi bahwa bank sentral AS The Fed akan kembali melonggarkan kebijakan moneternya.
Di sisi lain, pasar juga merespons hasil survei manufaktur China yang dirilis Caixin yang menunjukkan skor 52,1. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
“Aktivitas bisnis China yang masih mampu membukukan ekspansi di tengah eskalasi perang dagang dengan AS memberi harapan bagi pelaku pasar bahwa perekonomian China dan global masih berpeluang untuk tumbuh,” jelas Ibrahim, Rabu (4/9).
Kemudian, keresahan pelaku pasar atas kemungkinan cerainya Inggris dari Uni Eropa tanpa kompensasi (no-deal Brexit) juga sudah buyar. Anggota parlemen Inggris sudah merebut kendali waktu parlemen untuk memblokir Perdana Menteri Boris Johnson untuk melakukan Brexit no-deal Brexit.
“Pasar kembali optimis setelah keberhasilan anggota parlemen Inggris tersebut,” papar dia. (cnn)
Discussion about this post