[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4,5%. Kebijakan BI ini diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian akibat pandemi virus corona.
Suku bunga fasilitas simpanan alias deposit facility tetap 3,75% dan bunga pinjaman atau lending facility tetap 5,25%.
“Dengan berbagai asesmen dan pertimbangan terhadap perekonomian global, makro, stabilitas keuangan, dan berbagai aspek, rapat dewan gubernur BI pada 18-19 Mei 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 4,5%,” kata Gubernur BI Perry Wrjiyo dalam konferensi video di Jakarta.
Perry menjelaskan keputusan ini dibuat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian akibat pandemi virus corona. Namun, BI melihat adanya ruang penurunan suku bunga seiring perkembangan inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ia menjelaskan nilai tukar rupiah pada bulan ini berangsur menguat. Hingga 18 Mei 2020, rupiah telah menguat 0,17% dibandingkan akhir April, tetapi masih terdepresiasi 6,9% dibandingkan akhir tahun lalu.
“Inflasi April tetap rendah didukung stabilitas perekonomian dan melemah permintaan sekama dampak covid-19. Inflasi secara year to date tercatat 2,76%,” jelas dia.
Sementara pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini hanya mencapai 2,97%, jauh dibawah proyeksi BI dan pemerintah sebelumnya dikisaran 4%.
BI sebelumnya telah menurunkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali pada tahun ini masing-masing sebesar 25 bps pada Februari dan Maret 2020. Selain menurunkan bunga, BI telah menginjeksi likuiditas ke perbankan melalui kebijiakan quantitative easing mencapai Rp 583,5 triliun.
Injeksi likuiditas, antara lain dilakukan melalui pembelian SBN sekunder, fasilitas term repo ke perbankan, penurunan GWM rupiah, BI pun akan memastikan kecukupan likuiditas dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional dan restrukturisasi kredit perbankan.
BI memperkirakan ekonomi global tercatat negatif 2,2% pada tahun ini, tetapi akan membaik tahun depan dan diproyeksi tumbuh 5,2%. Sementara ekonomi domestik diperkirakan akan menurun, lebih rendah dari proyeksi semula, tetapi diperkirakan tumbuh lebih baik pada 2021.
Stabilitas sistem keuangan terjaga meski terdapat potensi dampak pandemi virus corona tetap harus diwaspadai. Perry menyebut, rasio kecukupan modal bank terjaga pada Maret di kisaran 21,63%, rasio kredit bermasalah tetap rendah 2,77% secara gross dan 1,02 persen secara netto. (msn)
Discussion about this post