[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai tak ada jaminan perekonomian kembali pulih dengan dibukanya sejumlah aktivitas bisnis. Menurutnya, pemulihan ekonomi memerlukan waktu yang tak cepat.
Dia mencontohkan, Swedia menerapkan skenario santai (relax) saat adanya pembatasan wilayah atau lockdown. Sedangkan Denmark menerapkan skenario ketat atau (strict). Namun keduanya memiliki kesamaan, yakni masyarakatnya menghabiskan uang yang lebih sedikit.
“Kecenderungan orang untuk spend less money, itu mirip. Jadi yang bisa disimpulkan, walaupun dibuka, orang masih belum beraktivitas ekonomi,” ujar Chatib Basri dalam diskusi virtual.
Selain itu, menurutnya tak mudah untuk menerapkan ‘V Shape’ atau perekonomian kembali meningkat setelah mengalami penurunan tajam. Dunia usaha juga memerlukan waktu dan biaya tambahan yang tak sedikit untuk kembali memulai bisnisnya.
“V Shape itu enggak gampang, karena reopening itu butuh waktu. Apalagi kalau produksinya sudah kena, orang keburu berhenti, dia harus rehire lagi, ekonominya masih akan berbentuk U Shape,” kata dia.
Dia pun mencontohkan kasus lain, seperti di Malaysia. Negeri Jiran itu sebelumnya telah menerapkan lockdown sejak 18 April. Namun pemerintah Malaysia memperlonggar lockdown pada 4 Mei.
Chatib Basri menjelaskan, saat aktivitas bisnis kembali dibuka di Malaysia, masyarakatnya tak serta-merta menghabiskan melakukan kegiatan konsumsi atau belanja.
“Orang harus diyakinkan dulu. Tapi buat saya ini masuk akal, kalau ketemu orang, walaupun sudah dibuka (lockdown), saya enggak yakin, dia kena COVID-19 apa enggak kan kita enggak tahu. Mau salaman juga masih enggak yakin,” jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah juga berencana membuka kembali sejumlah aktivitas bisnis secara terbatas, dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19.
Presiden Jokowi menyebut konsep tersebut dengan ‘New Normal’. Masyarakat diminta harus beradaptasi dan hidup berdampingan dengan virus corona, melalui sebuah tatanan baru yang disebut dengan New Normal.
Kembali produktif dengan melakukan berbagai aktivitas dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19, inilah yang dimaksud Jokowi dengan New Normal.
Bahkan Menteri BUMN Erick Thohir juga telah merencanakan agar pegawai BUMN yang usianya di bawah 45 tahun untuk masuk kantor mulai 25 Mei 2020. Sedangkan pegawai yang usianya di atas 45 tahun diminta tetap bekerja dari rumah (work from home).
Arahan tersebut juga direspons oleh sejumlah perusahaan berpelat merah, yang menyatakan siap untuk menjalankan skenario New Normal.(msn)
Discussion about this post