[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– Agus Suparmanto resmi menggantikan posisi Enggartiasto Lukita sebagai menteri perdagangan dalam Kabinet Indonesia Maju. Membawahi kementerian strategis, tanggung jawab besar menghadang politikus dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.
Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Fajar B. Hirawan menuturkan pekerjaan utama bagi Agus adalah perbaikan neraca dagang Indonesia. Pasalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan defisit US$160 juta pada September 2019. Posisi ini berbanding terbalik dari kondisi Agustus 2019 yang surplus US$80 juta. Secara kumulatif, defisit neraca perdagangan Januari-September 2019 masih sebesar US$1,95 miliar.
Karenanya, ia menilai Agus harus memperluas pasar ekspor Indonesia. Salah satu upayanya dengan mengevaluasi perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri. Ia menekankan agar target pencarian pasar ekspor non tradisional tidak hanya sebatas ucapan target belaka tanpa aksi yang jelas dan studi terukur.
“Perlu ada reformasi besar-besaran terkait komposisi dan latar belakang negosiator perdagangan Indonesia agar tidak selalu kalah atau inferior dalam negosiasi perdagangan yang strategis,” ujarnya.
Namun demikian, ia mengaku terkejut lantaran posisi sangat strategis ini dipegang oleh kalangan politisi bukan dari profesional.
“Saya belum tahu banyak rekam jejak politisi PKB ini,” katanya.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menambahkan tantangan Agus ke depan adalah melahirkan kebijakan perdagangan yang mendukung perdagangan dalam negeri. Selama ini, sambung dia, Kementerian Perdagangan mendapatkan kritik keras dari sisi kebijakan impor barang pangan.
“Kebijakan dagang selama ini tidak cukup mendukung kebijakan perindustrian, seharusnya sifatnya mendukung manufaktur, sehingga tidak heran kalau industri manufaktur turun,” tuturnya.
Senada dengan Fajar, ia mengaku sosok Agus sebagai menteri perdagangan cukup lemah dibandingkan dengan tugas dan tanggung jawab berat yang akan diembannya. Sebab, latar belakang Agus tak banyak bersinggungan dengan sektor perdagangan. Di dunia usaha, Agus tercatat sebagai Direktur Utama PT Galangan Manggar Biliton (GMB). Perusahaan itu beroperasi di Bangka Belitung.
Selebihnya, ia aktif sebagai politisi dan menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (IKASI).
“Jadi jauh sekali dengan bidang yang akan dia terjuni,” katanya. (cnn)
Discussion about this post