[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Deputi Gubenur Senior Bank IndonesiaDestry Damayanti mengatakan ada tiga jurus yang dapat dilakukan agar pemulihan ekonomi Indonesia bisa berjalan cepat.
“Kita tidak bisa lama-lama ini di sini, kita harus masuk ke recovery dan growth mode, yaitu next normal. Untuk menuju itu kita harus agile, adaptive dan imnovative,” kata Destry dalam diskusi virtual Jumat, 17 Juli 2020.
Agile atau tangkas, kata dia, Indonesia harus bisa melihat peluang yang ada di tengah pandemi Covid-19. Dari peluang yang ada, selanjutnya diadaptasi dengan protokol-protokol yang ditentukan oleh pemerintah.
Setelah itu, kata dia, hal itu dieksekusi dengan inovasi baru yang berbeda dari metode lain para masa normal. Dengan penerapan tiga jurus itu, Indonesia dapat bangkit menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Menurut Destry, pemerintah bersama BI dan Otoritas Jasa Keuangan terus berkoordinasi membuat bauran kebijakan di masa extraordinary ini. Pada masa ini, kebijakan penjaminan untuk kredit sangat penting.
“Extraordinary karena krisisnya beda di mana kita lihat penjaminan ini sangat penting, karena dengan adanya program penjaminan ini akan mendorong perbankan untuk mau kembali menyalurkan kreditnya,” ujar Destry.
Selain itu, BI terus menyempurnakan sistem pembayaran untuk digitalisasi di sektor keuangan. Dia menilai digital jadi keniscayaan, di mana teknologi sangat dibutuhkan baik untuk informasi maupun komunikasi.
Ekonom dari Universitas Indonesia Faisal Basri sebelumnya menanggapi resesi yang dihadapi Singapura. Negeri Singapura mengalami resesi teknis, dengan penurunan PDB sebesar 41,2 persen dibandingkan kuartal pertama 2020. Sedangkan secara tahunan, PDB kuartal kedua terkontraksi 12,6 persen.
Faisal Basri yakin Indonesia bisa lolos dari jurang resesi karena peran konstruksi dalam PDB Indonesia lebih kecil daripada Singapura. “Insya Allah tidak. Peranan sektor konstruksi dalam PDB Indonesia jauh lebih kecil ketimbang Singapura, hanya 10,75 persen,” ujarnya seperti dikutip dari blognya www.faisalbasri.com yang diunggah, Jumat, 17 Juli 2020.
Seperti diketahui, Singapura memasuki fase resesi karena dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi alias pertumbuhan produk domestik bruro (PDB) negatif. Kabar dari Negeri Jiran tersebut sontak menimbulkan kekhawatiran di Tanah Air. Apalagi Singapura adalah mitra dagang dan investor utama untuk Indonesia.(msn)
Discussion about this post