KeuanganNegara.id- Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sepakat menurunkan subsidi solar tahun depan sebesar Rp500 dari Rp2.000 per liter pada 2019 menjadi Rp1.500 per liter. Penurunan subsidi dilakukan seiring dengan prediksi penurunan harga minyak dunia dan minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).
“Jadi kami sepakat subsidi solar ditetapkan Rp1.500 per liter,” ungkap Wakil Ketua Komisi VII DPR Ridwan Hisjam, Rabu (28/8).
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan penurunan subsidi solar dilakukan agar pemerintah bisa memberikan subsidi ke sektor lain yang lebih produktif. “Kami ingin kurangi subsidi supaya penggunaan lebih tepat sasaran,” ucap Jonan.
Walaupun subsidi solar turun jika dibandingkan tahun ini, tapi angka yang ditetapkan Komisi VII DPR ini lebih tinggi dari anggaran yang diputuskan dalam nota keuangan 2020 sebesar Rp1.000 per liter.
Jonan berpendapat jika subsidi solar turun menjadi Rp1.000 per liter, maka harga solar bersubsidi harus naik dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.150 per liter. Namun, itu semua tergantung dari pergerakan harga minyak dunia.
“Kalau harga minyak Brent jatuh di US$55 per barel, subsidi US$1.000 per barel cukup. Tapi ini tergantung harga minyak,” jelasnya.
Sementara, DPR juga memutuskan untuk menambah subsidiliquified Petroleum gas (LPG)menjadi 7,5 juta metrik ton dari target di RAPBN 2020 yang sebanyak 7 juta metrik ton. “7,5 juta metrik ton sudah pas, kami putuskan ya,” ucap Ridwan.
Secara keseluruhan, subsidi energi dalam RAPBN 2020 turun menjadi Rp137,5 triliun dari prospek 2019 yang mencapai Rp142,6 triliun. Subsidi ini terdiri dari listrik, serta bahan bakar minyak (BBM) dan LPG. Penurunan terutama terjadi padasubsidiBBMdanLPG dari Rp90,3 triliun menjadi Rp75,3 triliun. Sementara itu, listrik dinaikkan menjadi Rp75,3 triliun dari sebelumnya Rp90,3 triliun. (cnn)
Discussion about this post