[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Kepala Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan pemerintah akan lebih fokus mendorong pertumbuhan ekonomi dari indikator konsumsi domestik dan investasi. Fokus dibuat setelah ekonomi China melambat.
Menurutnya, fokus perlu dibuat karena pelemahan ekonomi China bisa berdampak negatif pada kinerja ekspor Tanah Air. Maklum, Negeri Tirai Bambu itu merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Dengan posisi tersebut, ketika ekonomi China melambat, maka permintaan produk dari Indonesia dipastikan akan terkena pukulan. Hal ini selanjutnya bisa membuat kinerja ekspor menurun.
Begitu pula dengan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.
“Kalau China tumbuh pelan, pengaruhnya pasti ke ekspor. Yang harus diantisipasi adalah bagaimana menjaga agar penurunan ekspor tidak membuat ekonomi kita turun melambat,” ucap Bambang kepada CNNIndonesia.com, Jumat (18/10).
Lebih lanjut, prospek ekspor ke China yang meredup membuat pemerintah harus bisa mencari sumber pertumbuhan ekonomi lain. Misalnya, dengan lebih mendorong pertumbuhan indikator konsumsi domestik dan investasi.
Menurutnya, konsumsi domestik sangat mungkin ditingkatkan karena Indonesia memiliki jumlah populasi yang tinggi. Namun, meningkatkan pertumbuhan indikator ini sejatinya bukan perkara mudah.
“Meningkatkan konsumsi domestik biasanya dengan (meningkatkan) daya beli masyarakat,” imbuhnya.
Begitu pula dengan investasi. Indikator ini juga bisa menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi ke depan, meski tidak mudah. Sebab, kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian kerap mempengaruhi laju investasi.
“Tapi sebenarnya ada kesempatan dari sisi investasi, dengan China yang terhalang trade war (perang dagang), berarti kita harus bisa coba menarik investasi di China ke Indonesia,” katanya.
Di sisi lain, Bambang turut melihat Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan. Sebab, perlambatan ekonomi China bukan tidak mungkin membuat industri negara itu akan lebih ekspansif ke luar negeri guna mencari keuntungan yang sedang tidak bisa didapat di dalam negerinya.
Hal itu bisa berujung peningkatan impor bagi Indonesia. “Kalau soal impor ini yang penting adalah sesuai aturan dan antisipasi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Biro Statistik China mencatat pertumbuhan ekonomi negara itu hanya berada di angka 6 persen pada kuartal III 2019. Kinerja perekonomian negara itu turun dari 6,2 persen pada kuartal II 2019.
Juru Bicara Biro Statistik China Mao Shengyong mengatakan bahwa China menghadapi risiko dan tantangan ekonomi yang luar biasa dari dalam maupun luar negeri. Ini yang menyebabkan penurunan ekonomi pada periode Juli-September 2019.
Dari luar negeri, tantangan berasal dari perang dagang dengan AS. Sementara dari dalam, ada perlambatan ekonomi domestik dan kenaikan harga daging akibat wabah babi di negara tersebut.
China sendiri telah mendorong langkah-langkah stimulus pada tahun ini dengan meningkatkan tingkat penggantian pajak untuk eksportir terkait dengan pengenaan tarif AS. Kemudian, meningkatkan pinjaman bank serta mengerek pengeluaran pada proyek-proyek infrastruktur utama termasuk jalan dan kereta api. (cnn)
Discussion about this post