KeuanganNegara.id- Harga minyak mentah dunia jatuh. Produksi minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bahkan minusUS$37,63 per barel untuk pengiriman Mei. Ini merupakan kejatuhan terbesar sepanjang sejarah di tengah pandemi virus corona.
Lalu, bagaimana nasib saham emiten minyak di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
PT Medco Energi International Tbk, misalnya. Saham emiten berkode MEDC ini terjungkal 6,39 persen ke level 410 dengan catatan jual bersih sebesar Rp158,34 miliar pada Selasa (21/4) siang.
Selam sepekan, nilai saham MEDC anjlok 15,98 persen. Namun, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee tak menyarankan investor melepas sahamnya karena harga murah meriah.
“Tahan hingga beberapa bulan mendatang. Jika mau beli, pantau 1-2 hari ke depan. Harus exercise dulu, jangan langsung beli,” ujarnya menyarankan.
Kemudian, PT AKR Corporindo Tbk. Saham emiten berkode AKRA ini jatuh sebesar 1,88 persen ke level Rp1.830 per saham. Sementara, pada sepekan terakhir nilainya merosot sebesar 11,17 persen.
PT Elnusa Tbk, anak usaha PT Pertamina (Persero), juga mencatat penurunan nilai saham 4,74 persen ke level Rp185 per saham.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi I perdagangan turun 1,9 persen ke posisi 4.489. Namun, Hans menilai koreksi IHSG karena sektor energi tidak terlalu tajam, mengingat porsi saham emiten sektor ini tidak banyak.
Analis Sucorindo Hendriko Gani memproyeksi saham emiten sektor energi dan gas bumi akan terus tertekan hingga masalah pasokan minyak mentah dunia terselesaikan. Di samping kinerja lesu masing-masing emiten.
“Karena minusnya harga minyak akan membuat pendapatan emiten migas tertekan dan berpotensi membukukan net loss secara kinerja, sehingga sahamnya pun berpotensi tertekan,” ungkapnya.(cnn)
Discussion about this post