[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah cukup tajam pada penutupan perdagangan Jumat (25/10). Indeks ditutup di level 6.252 turun 87,3 poin atau 1,38 persen.
RTI Infokom mencatat investor membukukan transaksi sebesar Rp10,19 triliun dengan volume 20,1 miliar saham. Pelaku pasar asing tercatat beli bersih atau net buy di seluruh pasar sebesar Rp52,02 miliar.
Pada penutupan kali ini, 145 saham bergerak menguat, 238 turun, dan 172 lainnya tidak bergerak. Di sisi lain, mayoritas indeks sektoral melemah. Sektor industri dasar memimpin pelemahan sebesar 1,13 persen, sedangkan sektor konsumer dan agrikultur berhasil menguat.
Sementara itu, nilai tukar rupiah pada pukul 16.15 WIB menguat 0,17 persen ke posisi Rp14.035 per dolar AS. Sejak pagi, rupiah bergerak dalam rentang Rp14.035-Rp14.072 per dolar AS.
IHSG melemah di tengah penguatan mayoritas indeks saham Asia. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks Kospi Index di Korea Selatan naik 0,11 persen dan Nikkei225 di Jepang naik 0,22 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,49 persen.
Di sisi lain, mayoritas indeks saham di Eropa bergerak melemah. Indeks CAC All-Tredable di Perancis turun 0,07 persen, FTSE100 di Inggris turun 0,38 persen, dan DAX di Jerman turun 0,16 persen.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan pelemahan indeks dipicu aksi ambil untung (profit taking) pelaku pasar. Pasalnya, indeks telah menguat selama 10 hari berturut-turut.
“Hampir 2 minggu selama ini pasar naik terus. Ketika harga mengalami kenaikan ada potensi profit taking dan itu yang dilakukan jadi, sell on news. Menurut kami cukup wajar,” katanya.
Ia menyatakan pelemahan kali ini tidak terkait sentimen pelantikan 12 wakil menteri (wamen) oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat (25/10) siang. Alasannya, pasar lebih fokus kepada jajaran menteri yang telah lebih dulu dilantik.
Namun demikian, ia tidak menampik pasar agak kecewa dengan nama-nama menteri karena banyak yang berasal dari partai politik. Pasar, kata dia, sebetulnya lebih mengharapkan menteri dari kalangan profesional.
“Kami cukup kecewa ketika Jokowi di awal bilang menteri akan diambil 60 persen dari profesional, ternyata tidak begitu pada hari H rata-rata orang partai,” katanya. (cnn)
Discussion about this post