[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.058 per dolar AS pada perdagangan pasar spot, Kamis (24/10) sore. Posisi tersebut melemah 0,19 persen dibandingkan penutupan Rabu (23/10), Rp14.032 per dolar AS.
Kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp13.996 per dolar AS atau menguat dibanding kemarin, Rp14.051 per dolar AS. Hari ini, nilai tukar rupiah bergerak di rentang Rp13.992 – Rp14.060 per dolar AS.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Peso Filipina keok 0,64 persen, lira Turki 0,18 persen, rupee India 0,13 persen, yuan China 0,07 persen, won Korea 0,05 persen, dan dolar Singapura 0,04 persen.
Sejumlah mata uang terpantau menguat terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong menguat 0,01 persen, yen Jepang 0,02 persen, ringgit Jepang 0,03 persen, dolar Taiwan 0,09 persen, dan bath Thailand 0,13 persen.
Di negara maju, sebagian besar kurs melemah. Dolar Australia melemah 0,32 persen, poundsterling Inggris 0,16 persen, dan dolar Kanada 0,05 persen. Penguatan tipis terjadi pada kurs euro sebesar 0,01 persen.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan rupiah diakibatkan oleh nilai indeks dollar yang menguat dari isu penundaan Brexit.
“Perkembangan Brexit terus mendominasi berita utama di AS setelah parlemen memaksakan penundaan dalam rencana Brexit pemerintah,” kata Ibrahim.
Pada hari Selasa (22/10), parlemen Inggris menentang Perdana Menteri Inggris Boris Johnson karena mengesahkan undang-undang Brexit. Panggung sekarang tampaknya akan mendorong pemilihan umum sebelum Natal untuk memecahkan kebuntuan Brexit ini.
Dari sisi domestik, Ibrahim mengatakan efek pembentukan kabinet baru Jokowi yang positif terhadap rupiah memudar karena pelaku pasar menunggu program kerja 100 hari dari pemerintah.
Selain itu, proyeksi defisit dari pemerintah juga memberikan sentimen negatif terhadap rupiah hari ini. Pemerintah sendiri menargetkan defisit anggaran sebesar 1,76 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2020 atau senilai Rp 307,2 triliun.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani membenarkan bahwa defisit di APBN 2020 kemungkinan melebar dari yang diperkirakan sebelumnya.
Proyeksi tersebut tak lepas dari adanya tekanan dari penerimaan negara mengingat tantangan yang terjadi di sektor manufaktur maupun pertambangan. (cnn)
Discussion about this post