KeuanganNegara.id- Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini mengungkapkan kekecewaannya lantaran tak ada satu pun pabrik dari China yang pindah ke Indonesia dalam dua bulan terakhir. Padahal, sudah ada 33 perusahaan yang keluar dari China sejak Juli 2019.
Mayoritas atau sebanyak 23 perusahaan justru menancapkan hatinya ke Vietnam. Sementara, 10 perusahaan pindah ke Malaysia, Kamboja, dan Thailand.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Muhammad Faisal menyatakan Vietnam sejatinya sudah memiliki daya tarik tersendiri bagi investor global. Sebab, negara itu kerap memberikan kemudahan berbisnis bagi pelaku usaha.
Bahkan, Vietnam sudah menjadi tujuan relokasi sejumlah perusahaan sebelum perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin panas seperti sekarang. Faisal menyatakan negara itu menetapkan bea masuk yang rendah untuk impor bahan baku.
Belum lagi, investor juga membutuhkan kepastian kebijakan dari pemerintah. Faisal mengatakan sikap pemerintah yang terkadang plin-plan mengubah aturan dalam waktu dekat membuat investor ragu untuk membangun usahanya di Indonesia.”Nah pabrik atau industri manufaktur ini kan butuh kepastian bahan baku dari luar negeri, jadi butuh kegiatan ekspor impor. Kalau di Indonesia bea impor mahal, jadi harga jualnya nanti kurang kompetitif,” ungkap Faisal.
Tak hanya itu, biaya logistik di Vietnam juga jauh lebih murah dibandingkan dengan Indonesia. Sebab, pusat industri di Vietnam mayoritas berada di dekat pelabuhan.
Dengan demikian, hal itu akan mempermudah perusahaan melakukan pengiriman barang. Berbeda dengan Indonesia, di mana tak semua pusat industri dekat dengan pelabuhan.
“Kalau dekat dengan pelabuhan ini kan mempermudah pengiriman, kalau begini otomatis lebih murah. Biaya logistik ini krusial bagi industri manufaktur,” terang Faisal. “Kalau ada kebijakan berubah-ubah, lalu apa yang diputuskan di pusat tidak dijalankan di daerah itu kan juga mempengaruhi kepercayaan investor. Kadang kan apa yang digariskan di pusat, beda lagi sama di daerah. Termasuk perizinan,” paparnya.
Maka itu, percuma jika pemerintah terus merayu perusahaan China yang berniat merelokasi pabriknya jika tak ada kepastian investasi di Indonesia. Investor, kata Faisal, tidak hanya butuh insentif tapi juga kebijakan yang pasti. (cnn)
Discussion about this post