KeuanganNegara.id– Salah satu panelis dalam diskusi panel sesi kedua Annual Islamic Finance Conference (AIFC) ke-4 di Surabaya, Matthew Martin dari Blossom Finance menyampaikan bahwa BMT atau koperasi syariah dapat berperan besar dalam pencapaian SDGs. Ia menyebutkan bahwa masyarakat kecil yang ingin membangun usaha biasanya mengalami kesulitan permodalan.
“Masyarakat yang ingin membuat usaha ini membutuhkan modal, tapi mereka tidak bisa mengakses pinjaman ke bank. Entah karena bisa jadi karena terlalu jauh, atau mungkin malu masuk ke dalam Bank, dan biayanya untuk mengembalikan mungkin terlalu tinggi. Untuk mereka, biasanya mereka pergi ke Koperasi Syariah sebagai fasilitator meminjam,” jelas Matthew Martin di Ballrom Hotel JW Marriot di Surabaya pada (24/07).
Matthew menjelaskan bahwa BMT atau Koperasi Syariah mengadopsi sistem keuangan syariah sehingga tidak seperti peminjaman normal yang mematok pada bunga dengan besaran tertentu. Pinjaman dari koperasi syariah berorientasi kepada keuntungan yang didapatkan oleh peminjam sehingga tidak memberatkan mereka ke depannya.
“Sistem keuangan syariah menggunakan sistem bagi hasil, sehingga profit yang mereka dapatkan dibagi antara pengusaha dan investor. Sistem ini memungkinkan mereka untuk membangun usaha dan meningkatkan taraf hidup mereka tanpa memberatkan dari sisi biaya,” tukas Matthew kepada para peserta diskusi panel.
Meskipun banyak cerita sukses tentang bagaimana Koperasi Syariah (BMT) sukses meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui skema pinjaman syariah, namun koperasi syariah dalam skala kecil masih mengalami masalah likuiditas musiman. Matthew menjelaskan permasalahan ini biasanya terjadi saat musim sekolah dan Hari Raya.
“Salah satu masalah dalam koperasi syariah adalah saat musim sekolah dan hari raya, para investor akan menarik uangnya untuk kepentingan mereka saat itu. Di sinilah Sukuk bisa berkontribusi melalui bantuan pendanaan,” jelas Matthew.
Namun demikian, Matthew menyatakan biasanya masih ada rintangan yang dialami oleh para koperasi syariah diantaranya adalah mahalnya biaya operasional, kompleks, dan kadang tidak terakses secara luas. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah Blossom-SmartSukuk, dimana SmartSukuk akan ditawarkan dengan memanfaatkan teknologi blockchain. (kemenkeu)
Discussion about this post