KeuanganNegara.id- Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan menilai aliran modal asing masih diperlukan untuk mengatasi masalah defisit transaksi berjalan.
Bahkan, ia tak sungkan menyebut bahwa aliran modal asing salah satu poin terpenting untuk menopang kondisi neraca transaksi berjalan.
Sebelumnya, BI mencatat defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2019 mencapai US$8,4 miliar atau 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Realisasi tersebut membengkak 21 persen dibandingkan kuartal I 2019, yakni US$6,97 miliar. “Berkaca dari neraca transaksi berjalan kita yang masih defisit, suntikan modal asing memang diperlukan,” ujarnya seperti dikutip dari Antara, Senin (12/8).
Memang, ketergantungan negara dengan aliran modal asing mempengaruhi spekulasi pasar mata uang, yang dibayangi risiko depresiasi. Belum lagi, perang dagang AS dan China yang berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Pun demikian, Pingkan menilai kondisi saat ini boleh dibilang membaik, terutama karena pemerintah terus menggenjot kinerja ekspor dan diversifikasi pasar.
Nilaicurrent account deficit/CAD tersebut, pada periode April-Juni 2019 juga melebar 6,2 persen dari periode yang sama tahun lalu, yang tercatat US$7,95 miliar. (cnn)
Discussion about this post