KeuanganNegara.id- Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Aviliani menuturkan perbankan harus berhati-hati terhadap kekeringan likuiditas tahun depan. Dia berharap otoritas bisa membuat strategi mitigasi guna mengendalikan risiko kekeringan likuiditas. “Kondisi ini harus mulai menjadi perhatian. Harus ada mitigasi risiko yang dibuat,” kata Aviliani .
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi loan to deposits rastio (LDR) 2020 akan mencapai 100,6 persen. Proyeksi ini naik dari bulan lalu yang masih diprediksi di level 99,7 persen pada 2020. Adapun pada tahun ini, LPS memprediksi LDR 96,8 persen.
Aviliani menjelaskan, peningkatan proyeksi tersebut sejalan dengan rencana pemerintah yang masih gencar menggarap proyek infrastruktur. Proyek infrastruktur akan menyerap kredit dalam jumlah yang besar, terutama dari bank-bank pelat merah.
Di sisi lain, Aviliani menuturkan, pemerintah juga masih berfokus menawarkan surat berharga negara dengan kupon tinggi. Hal ini akan membuat banyak dana akan mengalir ke kas pemerintah terlebih dahulu.
“Kalau berbicara kupon SBN, pemerintah juga tidak memiliki pilihan lain. Pemerintah juga menginginkan dana dari pihak asing tidak keluar guna menjaga stabilitas rupiah,” katanya.
Aviliani menyarankan, tahun depan pemerintah perlu menunda beberapa belanja strategis guna menekan defisit anggaran yang lebih dalam. “Salah satunya infrastruktur. Jika defisit bisa dikendalikan, maka kebutuhan untuk menyerap dana masyarakat lebih terjaga,” katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh, ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Wisnu Wardana. Menurutnya, tekanan dari defisit neraca pembayaran akan lebih landai. Pasalnya maturity dari obligasi sudah banyak terjadi pada 2018 dan 2019.
“Jadi kebutuhan untuk menyerap dana masyarakat melalui pasar modal sedikit lebih landai,” ucapnya.
Meskipun demikian, Wisnu menggaris bawahi posisi LDR yang diprediksi mencapai 100 persen sangat berisiko. “Kalau sudah 100 persen artinya bank tidak lagi memiliki giro wajib minimum yang dapat digunakan untuk memitigasi risiko likuiditas,” katanya.
Sementara itu, Direktur PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (Bank Woori Saudara/BWS) M. Tri Budiono menuturkan, perseroan belum membahas lebih jauh terkait dengan kondisi bisnis tahun depan.
“Kita belum bisa sampaikan karena rencana bisnis bank tahun depan baru kami buat di bulan November,” ungkapnya.
Kekeringan likuiditas menjadi isu perbankan dunia. Salah satunya, perbankan di Amerika Serikat mengalami kekeringan likuiditas. Bahkan dalam sepekan terakhir sempat diguyur dana oleh Bank Sentral Amerika Serikat sebesar US$ 278 miliar. (msn)
Discussion about this post