KeuanganNegara.id- Nilai tukarrupiah berada di posisi Rp15.465 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (17/4) sore. Posisi ini menguat 175 poin atau 1,12 persen dari Rp15.640 per dolar AS pada Kamis (16/4) sore.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate(JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp15.503 per dolar AS atau melemah dari Rp15.787 per dolar AS pada Kamis (16/4).
Rupiah memimpin penguatan mata uang Asia dari dolar AS, Won Korea Selatan yang menguat 0,85 persen, Rupee India 0,6 persen, dan Baht Thailand 0,34 persen. Dolar Singapura menguat 0,24 persen, Ringgit Malaysia 0,14 persen, Yen Jepang 0,12 persen, Yuan China 0,1 persen. Dolar Hong Kong stagnan dan Peso Filipina melemah 0,24 persen.
Mayoritas mata uang utama negara maju justru terperosok ke zona merah. Euro Eropa melemah 0,11 persen, Poundsterling Inggris minus 0,11 persen, Dolar Kanada minus 0,09 persen, dan Franc Swiss minus 0,06 persen. Dolar Australia menguat 0,03 persen dan Rubel Rusia 0,05 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah berasal dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,5 persen sampai 4,6 persen pada kuartal I 2020.
Proyeksi ini setidaknya tak seburuk skenario yang beberapa waktu terakhir diungkapkan ke publik. Proyeksi ini juga tidak terlalu jauh dari realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,07 persen pada kuartal I 2019.
Pemerintah juga mengungkapkan sudah mulai melakukan pencairan bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19 di Indonesia.
“Dengan begitu, risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi bisa diminimalisir,” kata Ibrahim.
Selain itu, penguatan rupiah juga terbantu oleh intervensi Bank Indonesia di pasar spot, SBN, dan DNDF. Kemudian, juga ditopang oleh fundamental ekonomi nasional yang dinilai masih cukup baik.
Sementara dari global, sentimen yang mewarnai pergerakan mata uang dunia datang dari rencana pelonggaran penutupan akses wilayah (lockdown) di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Kemudian, juga datang dari wacana penemuan obat virus corona dari perusahaan medis di AS, Gilead Sciences.(cnn)
Discussion about this post