Keuangan Negara
  • Hot News
  • Internasional
  • Nasional
  • Daerah
  • BUMN & BUMD
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • E-commerce
    • Finansial
  • Hukum
    • Daftar
    • Pemeriksaan
    • Pengadilan
  • Investasi
  • Dasar Pengetahuan
No Result
View All Result
  • Hot News
  • Internasional
  • Nasional
  • Daerah
  • BUMN & BUMD
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • E-commerce
    • Finansial
  • Hukum
    • Daftar
    • Pemeriksaan
    • Pengadilan
  • Investasi
  • Dasar Pengetahuan
  • Login
No Result
View All Result
Keuangan Negara
No Result
View All Result
Home Ekonomi

Saham Perbankan dan Ritel Jadi Tumpuan di Tengah Gejolak IHSG

Keuangan Negara Indonesia by Keuangan Negara Indonesia
2019-08-26
in Ekonomi, Nasional
Reading Time: 4 mins read
A A
0


KeuanganNegara.id-
 Pasar saham dewasa ini mengalami volatilitas, dipicu ketidakpastian ekonomi global. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan lalu terpantau turun sebesar 0,49 persen dari 6.286 menjadi 6.255.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan perang dagang Amerika Serikat (AS)-China menyebabkan kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.

Beberapa lembaga keuangan internasional bahkan merevisi target pertumbuhan ekonomi. Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 2,9 persen menjadi 2,6 persen. Sementara Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan dari 3,5 persen menjadi 3,3 persen.

Ia menyebutkan eskalasi perang dagang itu menimbulkan kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi global. Resesi ekonomi didefinisikan sebagai kontraksi pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada dua kuartal berturut-turut.

Sinyal tersebut mulai tampak dari kontraksi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi beberapa negara pada kuartal II 2019. Di samping itu, terjadi inversi atau pembalikan arah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS alias yield obligasi jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Dalam hal ini yield obligasi tenor 2 tahun lebih tinggi ketimbang 10 tahun. Beberapa kalangan menilai kondisi itu mencerminkan sinyal resesi ekonomi global.

“Memang saat ini sentimen resesi sedang besarnya tapi itu wajar karena sentimen perang dagang AS-China memicu perlambatan ekonomi,” katanya. Ia mengatakan hal tersebut membuat pasar fluktuatif lantaran investor asing mudah melarikan dananya ketika terjadi sentimen negatif dari global. Mengutip RTI Infokom, investor asing mencatat jual bersih (net sell) sebesar Rp1,65 triliun sepanjang pekan lalu. Meskipun sejak awal tahun masih mencatat beli bersih (net buy) sebesar Rp57,25 triliun.

“Tentu hal ini dampaknya akan kemana-mana, ke mata uang kita, lalu arus inflowdan outlfow yang terkena akibatnya,” tambahnya.

Di tengah kondisi tersebut, pelaku pasar harus jeli dalam memilih saham. Ia menganjurkan investor untuk mengkoleksi saham yang defensif di tengah volatilitas pasar.

Sementara itu, BRI ditutup di level Rp4.080 naik 0,25 persen, sejak awal tahun saham BRI naik 11,48 persen. Terakhir, saham Mandiri ditutup di level di Rp7.175 turun 0,69 persen, sejak awal tahun sahamnya turun 2,71 persen. Saham defensif adalah saham perusahaan-perusahaan yang mampu menjaga kinerja keuangannya stabil di tengah tekanan ekonomi. Dengan koreksi saat ini, bukan tidak mungkin saham-saham tersebut juga ikut terdiskon. Namun, saham defensif berpeluang pulih lebih cepat ketika kondisi pasar mulai membaik, lantaran kondisi fundamental saham-saham tersebut masih kuat.

Nico mengatakan sektor defensif pertama adalah sektor perbankan. Ia menuturkan sektor perbankan mendapatkan angin positif dari penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen pada Agustus.

Pasalnya, penurunan suku bunga tersebut akan mengurangi biaya dana (cost of fund) perbankan. Turunnya biaya dana akan diikuti dengan penurunan tingkat suku bunga deposito dan kredit, meskipun membutuhkan waktu transmisi.

“Saham perbankan tetap nomor satu. Dengan penurunan suku bunga acuan akan mendorong penurunan kredit sehingga perbankan diprediksi akan menggeliat,” katanya.

Ia merekomendasikan saham-saham perbankan antara lain PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Pada perdagangan pekan lalu, saham BNI ditutup di level Rp7.625 per saham naik 0,33 persen, sejak awal tahun sahamnya turun 13,35 persen.

Dari sisi kinerja, ketiga bank tersebut konsisten mengantongi pertumbuhan laba, meskipun pada semester I 2019 labanya tumbuh melambat secara tahunan (yoy). BRI membukukan kenaikan laba bersih sebesar 8,19 persen dari Rp14,93 triliun menjadi Rp16,16 triliun. Periode yang sama tahun lalu, BRI berhasil mengantongi pertumbuhan laba 10,78 persen.

Selanjutnya, BNI mengantongi laba Rp7,63 triliun. Angka ini tumbuh 2,7 persen dari sebelumnya Rp7,44 triliun. Namun pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan tahun lalu sebesar 16,06 persen. Sedangkan Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 11,1 persen dari 12,17 triliun menjadi Rp13,53 triliun. Serupa dengan BRI dan BNI laba Mandiri tumbuh melambat dari semester I 2018 sebesar 28,7 persen.

Senada, Analis Anugerah Sekuritas Bertoni Rio merekomendasikan saham perbankan sebagai saham defensif yang patut dikoleksi pelaku pasar. Ia merekomendasikan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).

Pada perdagangan pekan lalu, saham BCA berhenti di level Rp29.975 per saham turun 0,08 persen, sedangkan dari awal tahun sahamnya tercatat naik 15,29 persen. Sementara saham BTN ditutup di level Rp2.190 naik 0,46 persen, dari awal tahun saham BTN turun 13,78 persen.

Dari sisi kinerja laporan keuangan, BCA bisa dibilang paling moncer karena pertumbuhan laba tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. BCA mencatat kenaikan laba 12,6 persen dari Rp11,4 triliun menjadi Rp12,9 triliun. Tahun sebelumnya laba perseroan hanya tumbuh 8,4 persen. Sementara itu, laba BTN turun 8,4 persen secara tahunan dari Rp1,42 triliun menjadi Rp1,3 triliun.

“Target harga BCA yakni Rp35.000 dan BTN Rp2.600 per saham,” katanya.

Selain sektor perbankan, sektor defensif kedua adalah sektor barang konsumsi (consumer good). Nico mengatakan, penurunan suku bunga acuan BI akan diikuti dengan penurunan suku bunga kredit bank. Turunnya bunga kredit, sambung dia, diprediksi bakal mengerek konsumsi sebab masyarakat memiliki uang lebih untuk konsumsi. Kondisi ini tentunya membawa berkah bagi sektor barang konsumsi.

“Dengan penurunan suku bunga maka diyakini consumer good akan menggeliat,” tuturnya.

Ia merekomendasikan saham PT Mitra Adiperkasa Tbk dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk. Pada perdagangan minggu lalu saham Mitra Adiperkasa ditutup di posisi Rp1.000 turun 3,85 persen, sejak awal tahun sahamnya naik 24,22 persen. Sedangkan Ace Hardware ditutup pada Rp1.760 turun 1,12 persen, sejak awal tahun sahamnya naik 18,12 persen.

Bertoni menambahkan sektor barang konsumsi menjadi sektor defensif lantaran komponen utama penyumbang kinerja perseroan adalah konsumsi masyarakat. Sementara, konsumsi masyarakat tidak terpengaruh dengan sentimen ekonomi global.

Di sisi lain, konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal II 2019, konsumsi tumbuh sebesar 5,17 persen dan memberikan konstribusi sebesar 55,79 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Konsumsi masyarakat yang menopang pendapatan (perseroan),” katanya.  Ia merekomendasikan tiga saham di sektor barang konsumsi meliputi yakni PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). (cnn)

Share this:

  • Click to share on X (Opens in new window) X
  • Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
Previous Post

Ekonom Menilai Suntikan Modal Negara ke BUMN Bebani APBN

Next Post

Keistimewaan mobil listrik bebas biaya parkir dan kebal ganjil genap

Keuangan Negara Indonesia

Keuangan Negara Indonesia

Keuangan Negara provides the latest economic, business, e-commerce, start-up, stock market, financial and all entrepeneur news from around Indonesia.

Next Post

Keistimewaan mobil listrik bebas biaya parkir dan kebal ganjil genap

Discussion about this post

Stay Connected

Plugin Install : Widget Tab Post needs JNews - View Counter to be installed
  • Trending
  • Comments
  • Latest

jats

2024-04-29

january effect

2024-04-29

joint venture

2024-04-29

jibor

2024-04-29

Recent News

jats

2024-04-29

january effect

2024-04-29

joint venture

2024-04-29

jibor

2024-04-29

Tentang Keuangan Negara

Keuangan Negara menyajikan berita terbaru keuangan negara, ekonomi, bisnis, e-commerce, start-up, finansial, dan entrepreneur yang bersumber dari berbagai situs dan narasumber resmi

Follow Us

Menjadi Penulis

Keuangan Negara membuka kesempatan kepada siapapun dengan latar belakang apapun untuk bergabung menjadi kontributor.

Bagi yang ingin bergabung menulis, kirimkan contoh artikelnya ke email redaksi@keuangannegara.id

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi halaman berikut ini.

Telusuri Berdasarkan Kategori

  • a
  • Artikel
  • b
  • Bisnis
  • BUMN & BUMD
  • c
  • d
  • Daerah
  • Daftar
  • Dasar Pengetahuan
  • e
  • E-commerce
  • Ekonomi
  • f
  • Finansial
  • g
  • h
  • Hot News
  • Hukum
  • i
  • Internasional
  • Investasi
  • j
  • Nasional
  • Pemeriksaan
  • Pengadilan
  • Tanya & Jawab
  • Tentang Kami
  • Menjadi Penulis
  • Pedoman Media Siber
  • Hubungi Kami
  • Advertising

© 2017 Keuangan Negara

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Hot News
  • Internasional
  • Nasional
  • Daerah
  • BUMN & BUMD
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • E-commerce
    • Finansial
  • Hukum
    • Daftar
    • Pemeriksaan
    • Pengadilan
  • Investasi
  • Dasar Pengetahuan
  • Login

© 2017 Keuangan Negara