KeuanganNegara.id- Sepanjang pekan lalu, rupiah perkasa terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang garuda berhasil tembus ke posisi Rp13.967 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (13/9) sore.
Posisi itu menguat dari Rp14.035 per dolar AS di awal pekan. Penguatan mata uang Garuda tak lepas dari penurunan ketegangan dagang antara Amerika Serikat dengan China. Seperti diketahui, pada Rabu (11/9) Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menunda tambahan tarif bagi produk impor China senilai US$250 miliar dari 1 Oktober 2019 menjadi 16 Oktober 2019.
Kebijakan diambil Trump menyusul langkah pemerintah China mengecualikan 16 impor asal AS dari tarif tambahan yang akan dikenakan oleh Negeri Tirai Bambu tersebut. Penundaan tarif tersebut memberikan optimisme bagi pasar menjelang pertemuan perwakilan dua negara di Washington DC bulan depan.
Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan kebangkitan rupiah memberikan angin segar bagi pasar ekuitas. Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,41 persen.
IHSG melaju di zona hijau selama tiga hari, namun mengalami koreksi pada dua hari terakhir. “Pelaku pasar melakukan aksi ambil untung,” katanya kepada CNNIndonesia.com.
Pelaku pasar bisa memanfaatkan momentum penguatan rupiah untuk akumulasi beli. Aksi beli khususnya bisa dilakukan terhadap saham perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas impor.
Pasalnya, penguatan nilai tukar rupiah diprediksi memberikan dampak positif pada kinerja keuangan perusahaan tersebut. Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki merekomendasikan saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) untuk dilirik.
“Kebanyakan barang mereka impor, jadi dengan penguatan rupiah menjadi sentimen positif bagi perusahaan,” tuturnya. (cnn)
Discussion about this post