[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi menyatakan realisasi penerimaan bea masuk dan bea keluar turun akibat wabah virus corona (Covid-19). Sejak virus itu merebak, aktivitas ekspor dan impor terganggu, terutama dari dan ke China.
Berdasarkan data DJBC Kemenkeu, realisasi penerimaan bea masuk atas impor hanya sebesar Rp5,5 triliun pada periode 1 Januari sampai 29 Februari 2020. Realisasi ini lebih rendah dari Rp5,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
“Pengaruh corona sudah mulai kami rasakan di impor dan itu tentunya berdampak pada devisa impor,” ujar Heru.
Menurut Heru, penerimaan bea masuk ke depan masih akan tertekan. Sebab, wabah virus corona membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan pembebasan bea masuk nol persen, sehingga akan berdampak pula ke penerimaan ke depan.
“Tapi saya kira objektif saja, utamanya ke ekonomi nasional. Revenue (pendapatan) tentu menjadi tools (alat), fiskal menjadi tools. Selama tujuan akhirnya adalah lebih bagus, saya kira bea cukai ikut saja,” tuturnya.
Sementara penerimaan bea keluar atas ekspor hanya sebesar Rp597 miliar pada periode yang sama. Jumlahnya turun dari Rp631 miliar pada dua bulan pertama tahun lalu.
“Pergerakan ekspor menunjukkan kinerja yang dampaknya tidak seberat seperti impor. Ini artinya kami bisa merespons dengan baik di ekspor dan menjadi concern pemerintah agar bagaimana ekspor ini berlanjut bahkan ditingkatkan,” terangnya.
Heru mengatakan penurunan bea keluar sejatinya tidak hanya karena faktor wabah virus corona, namun juga kebijakan larangan ekspor nikel ore. Pasalnya, pemerintah ingin komoditas mineral mentah diolah di dalam negeri dan diprioritaskan untuk kebutuhan nasional.
“Bea keluar mengalami koreksi karena ada keputusan pemerintah melarang ekspor nikel ore, saya kira itu juga,” katanya.
Sebelumnya, DJBC Kemenkeu turut mencatat ada penurunan devisa impor dari China. Semula, jumlahnya masih berkisar US$1,09 miliar pada 1 Desember 2019.
Namun, sejak wabah virus corona berkembang dan meluas ke berbagai kota di China, jumlah devisa impor ‘terjun payung’. Devisa impor hanya mencapai US$999 juta pada 1 Januari 2020.
Kemudian, turut lagi menjadi tinggal US$463 miliar pada 28 Februari 2020. Penurunan impor dari China terjadi pada berbagai jenis barang, namun, yang cukup signifikan adalah peralatan mesin dan komputer.(cnn)
Discussion about this post