[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyoroti kinerja perekonomian RI yang masih belum stabil meski sempat membaik pada bulan Juni lalu.
Bendahara Negara itu mengatakan, beberapa indikator perekonomian Indonesia cenderung menurun pada Juli 2020 setelah pada Juni 2020 menunjukkan pertumbuhan.
Untuk kinerja ekspor misalnya, pada Juli 2020 ekpsor Indonesia masih negatif 9,9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy), meski secara month to month ekspor Indonesia tumbuh tipis 14,33 persen.
Sedangkan untuk impor, pada Juli 2020 negatif 32,55 persen (yoy), dan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, kinerja impor juga masih negatif 2,73 persen.
“Ini kalau kita lihat di Juli berarti trennya belum solid,” ujar Sri Mulyani ketika memberikan paparan APBN KiTa secara virtual, Selasa (25/8/2020).
“Aktivitas pemulihan masih belum stabil dan solid, kita harap kita bisa bertahan, karena ini masih cukup rapuh dan harus dijaga bersama,” jelas dia.
Sri Mulyani pun memaparkan, jika melihat pemulihan dari sektor produksi juga masih belum menunjukkan tren yang stabil.
Menurut Sri Mulyani, hal tersebut disebabkan oleh permintaan domestik yang belum solid, dan ditunjukkan dari inflasi yang melemah.
Baca juga: Sri Mulyani: di Negara Lain Kontraksi Ekonomi Bisa Puluhan Persen
Dari sisi indikator keuangan juga menunjukkan pola yang sama. Meski volatilitas pasar sudah mulai menurun, namun masih belum stabil.
Misalnya saja nilai tukar rupiah yang masih bergerak melemah akibat sentimen, juga yield SBN pemerintah yang juga belum solid.
“Perkembangan indikator dari sisi keuangan, meski disampaikan volatilitas mulai menurun, jittery mulai bisa dikelola, namun tidak berarti ada pembalikan yang solid, masih dalam stabil tapi sangat dini dan sangat rapih, dan ini harus dijaga semuanya,” jelas Sri Mulyani.
“Kalau dilihat yield government bond perbaikan baru untuk kita sendiri, baik dollar AS maupun rupiah. Kalau nilai tukar rupiah menunjukkan tren koreksi namun yang tadinya menguat tapi ada beberapa volatilitas yang sering terjadi karena sentimen, meski cadangan devisa kita meningkat, tapi sentimen masih bisa pengaruhi baik yield, nilai tukar, maupun saham,” jelas Sri Mulyani.(msn)
Discussion about this post