[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.076 per dolar Amerika Serikat pada perdagangan pasar spot, Jumat (15/11) sore. Posisi ini menguat 11 poin atau 0,08 persen dari Kamis (14/11) di Rp14.087 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.069 per dolar AS atau menguat dari kemarin di posisi Rp14.098 per dolar AS.
Sejumlah mata uang Asia juga tercatat menguat dari dolar AS. Rupee India menguat 0,29 persen, won Korea Selatan 0,23 persen, yuan China 0,18 persen, peso Filipina 0,15 persen, ringgit Malaysia 0,05 persen, dan dolar Singapura 0,02 persen.
Namun, beberapa mata uang Asia lain justru terperosok ke zona merah alias melemah dari dolar AS. Dolar Hong Kong melemah 0,02 persen, baht Thailand minus 0,05 persen, dan yen Jepang minus 0,1 persen.
Sedangkan mata uang negara maju bergerak variasi terhadap mata uang Negeri Paman Sam. Rubel Rusia menguat 0,18 persen, dolar Kanada 0,04 persen, dolar Australia 0,03 persen, dan euro Eropa 0,02 persen.
Namun franc Swiss dan poundsterling Inggris justru berada di zona merah, masing-masing melemah 0,09 persen dan 0,04 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pergerakan rupiah cenderung menguat pada hari ini berkat data neraca perdagangan yang positif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$161,3 juta pada Oktober 2019.
Data tersebut berbanding terbalik dengan konsensus pasar yang memperkirakan justru terjadi defisit sekitar US$270 juta. “Data trade balance Indonesia yang lebih bagus dari prediksi yang membantu rupiah ditutup sedikit menguat,” ucap Ariston .
Dari eksternal, rupiah berhasil menguat karena ada sentimen yang melemahkan kurs dolar AS. Penasihat Presiden AS Donald Trump, Larry Kudlow menyatakan bahwa AS dan China sudah hampir bersepakat.
Sekalipun, keterangan hampir bersepakat itu diberikan tanpa penjelasan. Namun, kata Ariston, hal ini langsung memberikan sentimen positif ke aset berisiko termasuk rupiah.
“Kelanjutan perjanjian dagang AS dan China masih menjadi mover rupiah,” katanya.
Sementara untuk pekan depan, ia memperkirakan rupiah memiliki peluang menguat dan melemah secara bersamaan. Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp13.980 sampai Rp14.120 per dolar AS.
“Kabarnya ada proyeksi perjanjian dagang yang akan ditandatangani pekan depan, tapi hingga sekarang belum jelas kemajuannya. Jadi mungkin rupiah akan bergerak melemah dan menguat mengikuti perkembangan isu ini,” pungkasnya. (cnn)
Discussion about this post