[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Bank Indonesia (BI) mencatat total dana asing yang mengalir keluar (capital outflow) mencapai Rp40,16 triliun sejak Januari hingga awal Maret 2020. Penyebabnya karena tekanan kekhawatiran penyebaran virus corona atau covid-19.
Gubernur BI Perry Warjiyo merinci capital outflow terdiri dari pelepasan asing atas kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp31,76 triliun dan saham sebesar Rp4,87 triliun. Sedangkan sisanya, berasal dari instrumen lain di pasar keuangan.
“Di Januari sebenarnya masih net inflow, tapi begitu lepas 25 Januari, terjadi penyebaran virus corona, langsung terjadi outflow,” ungkap Perry.
Kondisi ini membuat bank sentral mau tidak mau harus bergerak. Hingga kini, BI telah melakukan intervensi di pasar keuangan dengan menggelontorkan dolar AS lebih banyak, membeli SBN yang dilepas asing, termasuk transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
Secara total, BI sudah menggelontorkan likuiditas sebesar Rp130 triliun demi meredam dampak kekhawatiran virus corona di pasar uang dalam negeri. Ini juga untuk meredam pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai 3,39 persen sejak awal tahun.
“Hampir Rp130 triliun (aliran intervensi BI), di antaranya sekitar Rp110 triliun sejak akhir Januari, itu sejak virus corona mulai menyebar,” terang Perry.
Intervensi juga dilakukan dengan penambahan likuiditas melalui kebijakan pelonggaran batas cadangan kas bank di BI atau dikenal dengan istilah Giro Wajib Minimum (GWM). Kebijakan GWM setidaknya menambah likuiditas pasar sekitar Rp51 triliun sejak akhir tahun.
Sementara pelonggaran GWM yang kembali dilakukan belum lama ini turut menambah likuiditas valuta asing (valas) sekitar US$3,2 miliar atau setara Rp45,76 triliun. Kebijakan itu akan berlaku mulai 16 Maret 2020.
Kendati begitu, Perry mengklaim dana asing sejatinya belum benar-benar keluar dari Indonesia. Sebab, pelepasan dana hasil pelepasan SBN masih ada di rekening masing-masing investor asing di dalam negeri.
“Kami pantau investor yang jual SBN mereka, uang mereka di mana? Ternyata di rekening rupiah mereka, di rekening escrow, jadi mereka tetap di sana,” imbuh dia.
Penyebaran virus corona memang telah berdampak ke pasar keuangan di seluruh negara di dunia. Sebelumnya, tekanan virus corona turut merontokkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan data penyebaran virus corona dari Johns Hopkins CSSE pada Rabu (11/3) pukul 12.30 WIB, jumlah kasus positif telah mencapai 119.132 dengan jumlah korban meninggal sebanyak 4.284 orang di dunia. Kasus terbanyak terjadi di China, Italia, Iran, dan Korea Selatan. (cnn)
Discussion about this post