[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Bank Dunia menyampaikan rekomendasi bagi negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik, yang sedang berjuang menghadapi ketegangan perdagangan internasional dan virus korona (covid-19). Saat ini, negara-negara ini dihadapkan pada guncangan ekonomi global ketika pandemi melanda ekonomi-ekonomi utama di dunia.
“Negara-negara Asia Timur dan Pasifik harus bertindak cepat, kooperatif, dan dalam skala yang besar. Laporan ini memberikan enam rekomendasi kebijakan utama untuk pengambil kebijakan di negara-negara di Kawasan Asia Timur Pasifik,” tulis laporan Bank Dunia dilansir dari laman resminya.
Pertama, sesuaikan kebijakan kesehatan dan kebijakan ekonomi makro.
Untuk mencegah penyebaran infeksi, banyak pemerintah mengambil langkah-langkah pengendalian transmisi seperti lockdown dan larangan bepergian untuk ‘meratakan kurva pandemi’. Secara paralel, untuk mengurangi dampak ekonomi yang merugikan, pemerintah mengambil langkah-langkah moneter, fiscal, dan struktural untuk meratakan kurva resesi.
Selain itu, investasi awal di bidang kesehatan dapat mengurangi kebutuhan untuk mengambil tindakan pencegahan yang mahal ketika epidemi menyerang. Negara-negara seperti Singapura dan Republik Korea adalah contoh negara yang memetik hasil dari investasi awal yang baik di bidang kesehatan sehingga mampu melakukan pengujian (testing), pelacakan (tracking), dan karantina secara cepat dan dalam jumlah yang masif.
Kedua, segera tingkatkan kapasitas perawatan kesehatan untuk memenuhi kemungkinan permintaan luar biasa untuk periode pandemi yang berkepanjangan.
Selain memperluas fasilitas perawatan kesehatan konvensional dan pabrik peralatan medis, langkah-langkah inovatif mungkin juga diperlukan seperti mengubah tempat tidur rumah sakit biasa untuk penggunaan ICU dan melakukan pelatihan bagi tenaga kerja untuk melakukan perawatan kesehatan dasar.
“Selanjutnya, memastikan akses yang memadai bagi masyarakat miskin mungkin memerlukan penyediaan pengujian (testing) dan perawatan gratis atau bersubsidi,” tulis laporan Bank Dunia.
Ketiga, sesuaikan kebijakan fiskal dan moneter untuk memenuhi krisis covid-19.
Memperluas kebijakan ekonomi makro tidak dapat meningkatkan produksi dan lapangan pekerjaan selama pekerja diwajibkan untuk tinggal di rumah. Sebaliknya, langkah-langkah fiskal harus mendukung respons terkait kesehatan masyarakat, memberikan perlindungan sosial untuk meredam guncangan, terutama bagi mereka yang paling rentan secara ekonomi.
Misalnya, subsidi untuk pembayaran dan pengeluaran untuk perawatan kesehatan dapat mengurangi tekanan finansial rumah tangga dan membantu mendukung program penanganan. Jaring pengaman yang diperluas dapat memberikan pertolongan sementara bagi keluarga yang penghasilannya terkena dampak buruk dari pandemi tersebut.
Pemberian makanan di sekolah dan dukungan lain kepada siswa selama penutupan sekolah, serta dukungan pekerjaan untuk membantu pekerja mengintegrasikan dirinya kembali ke dalam ekonomi setelah pandemi mereda, akan memastikan bahwa dampak ekonomi jangka pendek tidak akan berlanjut ke dalam kerugian jangka panjang dari sisi sumber daya manusia.
“Selanjutnya, suntikan likuiditas dapat membantu perusahaan bertahan dalam bisnis dan menjaga hubungan yang bermanfaat dengan Rantai Nilai Global (GVC),” tulis laporan Bank Dunia lagi.
Keempat, di sektor finansial, mempermudah akses kredit untuk rumah tangga untuk mengurangi kesulitan dan melancarkan konsumsi, serta permudah akses ke likuiditas bagi perusahaan untuk membantu mereka bertahan dari guncangan ekonomi saat ini.
Pada saat yang sama, regulator harus memastikan pengungkapan risiko dan mengomunikasikan secara jelas harapan dari pihak pengawas untuk menghindari ketidakstabilan keuangan, terutama di negara-negara dengan tingkat utang swasta yang tinggi.
“Bagi negara-negara yang lebih miskin, keringanan utang sangat penting, sehingga sumber daya penting dapat difokuskan pada pengelolaan dampak ekonomi dan kesehatan dari pandemi,” lanjut Bank Dunia dalam laporannya tersebut.
Kelima, kebijakan perdagangan harus tetap terbuka. Untuk mempertahankan produksi pasokan esensial bagi konsumen domestik, beberapa negara telah memberlakukan pembatasan ekspor produk medis. Ilmu ekonomi dan pengalaman baru-baru ini menunjukkan bahwa langkah-langkah ini pada akhirnya merugikan semua negara, terutama negara-negara yang lebih rapuh.
Terakhir di semua bidang ini, tingkatkan kerja sama internasional dan kembangkan kemitraan swasta-pemerintah, khususnya untuk memastikan pasokan produk medis utama. Semua negara harus menyadari, selain aksi nasional yang berani, peningkatan kerja sama internasional adalah vaksin yang paling efektif melawan ancaman besar ini. (msn)
Discussion about this post