[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Bank Indonesia (BI) mengkaji imbas virus corona baru ke pertumbuhan ekonomi. Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo menyampaikan saat ini masih melakukan perhitungan dan akan segera dirilis.
“Masih belum selesai hitung, tapi nanti akan kita sampaikan pada saat Rapat Dewan Gubernur (RDG) nanti,” katanya di kompleks BI, Jakarta.
Dody menyampaikan hingga saat ini, kebijakan moneter BI masih dalam posisi data dependence dan akan melihat perkembangan data terakhir. BI akan memperhitungkan risiko yang muncul.
Namun menurut posisi pekan kemarin, BI tetap akomodatif dalam melakukan kebijakan. Kebijakan BI tidak hanya menggunakan suku bunga, tapi juga likuiditas. Selain masuk ke operasi moneter, juga fasilitas repo yang bisa setiap hari.
“Kita juga menjaga stabilitas rupiah melalui pembelian di Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder,” katanya.
Dody berharap wabah corona akan segera berakhir sehingga perekonomian bisa kembali normal. Ia mengingatkan pada saat wabah SARS pada 2002 lalu yang juga berimbas pada ekonomi secara global.
Sentimen meredanya wabah mulai terlihat dari upaya pemerintah China yang mencari vaksin dan pengobatan. Selain itu, pembangunan rumah sakit dengan kapasitas besar juga mendukung upaya penyembuhan pasien.
Indonesia sendiri sudah merasakan dampak di pasar keuangan. Paling tidak, sejak hari Senin lalu saat pasar keuangan China dibuka, perdagangan menekan indikator-indikator pasar keuangan global dan termasuk Indonesia.
“Rupiah tertekan juga, tapi kemudian pada Kamis-Jumat kemarin membaik,” katanya.
BI bersama pemerintah berkomitmen menjaga stabilitas rupiah melalui instrumen dan langkah-langkah yang sama. Selain itu, pasar keuangan yang juga terdampak yakni dari sisi investasi.
Dody menyampaikan terjadi outflow pekan ini sebesar Rp 11 triliun. Meski demikian, portofolio inflow sejak awal Januari 2020 hingga saat ini (ytd) tercatat sekitar 400 miliar dolar AS.
Selain ke pasar keuangan, BI juga masih mempelajari dampak wabah ke sektor riil. China merupakan produsen dan rantai pasokan kuat untuk barang-barang input ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
“Kita melakukan studi bagaimana dampaknya lebih pada sektor riil dan mudah-mudahan outbreak ini singkat juga tidak berdampak besar pada sektor riil,” katanya.(msn)
Discussion about this post