KeuanganNegara.id -Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tetap tinggi pada November 2020 didukung oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi. Posisi M2 pada November 2020 tercatat Rp6.817,5 triliun atau tumbuh tetap tinggi sebesar 12,2 persen (yoy).
“Pertumbuhan uang beredar di November 2020 ini relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,5 persen (yoy),” ucap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman resmi Bank Indonesia.
Erwin mengungkapkan, pertumbuhan uang kuasi yang memiliki pangsa terhadap M2 sebesar 73,3 persen dengan nilai sebesar Rp4.994,4 triliun mengalami peningkatan dari 10,7 persen (yoy) pada Oktober 2020 menjadi 11,1 persen (yoy) pada November 2020.
Di sisi lain, dana float (saldo) uang elektronik yang diterbitkan bank menunjukkan penurunan lebih dalam sebesar 6,5 persen (yoy), melanjutkan tren penurunan sejak awal 2020. Sementara itu, posisi uang kartal di masyarakat (di luar perbankan dan BI) pada November 2020 tercatat Rp712,6 triliun atau tumbuh 14,5 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 15,8 persen (yoy).
Adapun surat berharga selain saham pada November 2020 masih tumbuh negatif sebesar minus 5,8 persen (yoy), tidak sedalam pertumbuhan negatif bulan sebelumnya yang mengalami minus 12,1 persen (yoy). Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan surat berharga yang dimiliki perusahaan keuangan selain bank dalam rupiah.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, lanjut Erwin, pertumbuhan M2 pada November 2020 didorong oleh peningkatan aktiva dalam negeri bersih di tengah perlambatan aktiva luar negeri bersih. Aktiva dalam negeri bersih tumbuh sebesar 12,9 persen (yoy).
“Perkembangan ini lebih didorong oleh peningkatan pertumbuhan bersih lainnya, terutama pembelian SBN oleh Bank Indonesia dan pertumbuhan ekspansi keuangan pemerintah yang masih tinggi,” jelas dia.
Sementara itu, pertumbuhan kredit pada November 2020 tercatat masih mengalami kontraksi sebesar 1,7 persen (yoy), turun lebih dalam dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar minus 0,9 persen (yoy) sejalan dengan permintaan yang masih belum kuat.
“Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 10,3 persen (yoy) pada November 2020, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan Oktober 2020 sebesar 13,9 persen (yoy). Ini disebabkan oleh perlambatan tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk seiring dengan perlambatan cadangan devisa pada November 2020,” pungkas Erwin.(msn)
Discussion about this post