[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Didiek Hartantyo mengatakan kereta rel listrik atau KRL relasi Yogyakarta – Solo atau Jogja-Solo ditargetkan beroperasi pada 2021. Kereta yang menggantikan KA Prameks ini akan berhenti di sebelas stasiun dalam satu rangkaian perjalanan.
“Sesuai dengan rencana operasi (KRL), kami akan menambah empat stasiun dari semula tujuh stasiun (yang dilewati KA Prameks),” ujar Didiek dalam webinar.
Sebelas stasiun tersebut meliputi Stasiun Yogyakarta, Stasiun Lempuyangan, Stasiun Maguwo, Stasiun Brambanan, Stasiun Srowot, Stasiun Klaten, Stasiun Ceper, Stasiun Delanggu, Stasiun Gawok, Stasiun Purwosari, dan Stasiun Solobalapan. Didiek berharap beroperasinya KRL Jogja-Solo akan menumbuhkan pusat-pusat ekonomi baru di sekitar stasiun pemberhentian.
Meski demikian, Didiek menyatakan perlu ada dukungan moda transportasi darat, seperti angkutan umum, yang mendukung operasional KRL. Moda transportasi pendukung bakal mempermudah masyarakat menjangkau stasiun dari titik pemberangkatan.
Proses pembangunan KRL Jogja-Solo telah berlangsung selama sembilan tahun. Pada 2011, Kementerian Perhubungan mulai menggelar studi kelayakan terkait pembangunan elektrifkasi kereta api lintas Kutuarjo-Yogyakarta-Solo. Kemudian pada 2021, pemerintah melaksanakan detail engineering design atau DED elektrifikasi.
Tujuh tahun kemudian, yakni pada 2019, Kementerian mulai merencanakan pembangunan konstruksi elektrifikasi kereta segmen Yogyakarta-Klaten. Pada 2020, tahap konstruksi dilanjutkan untuk segmen Klaten-Solobalapan. Dalam waktu yang sama, elektrifikasi segmen Yogyakarta-Klaten mulai dioperasikan.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri mengatakan KRL Jogja-Solo perlu dibangun untuk mengakomodasi tingginya permintaan masyarakat terhadap angkutan umum. Dia menjelaskan, sebelum pandemi Covid-19, jumlah penumpang keretaPrameks relasi Jogja-Solo mencapai 5 juta penumpang per tahun dan diprediksi meningkat menjadi 6 juta pada 2021.
“Di 2035, dengan adanya kebangkitan-kebangkitan ekonomi baru, diprediksi potensi penumpang Jogja-Solo mencapai 29 juta per tahun,” katanya.
Selain mengakomodasi tingginya jumlah penumpang, pembangunan KRL Jogja-Solo digadang-gadang bakal mendukung pertumbuhan kunjungan wisatawan di Borobudur sebagai salah satu destinasi super prioritas. Dia menyebut KRL akan dioperasikan dengan harga terjangkau sehingga dapat menarik minat penumpang, termasuk wisatawan.(msn)
Discussion about this post