[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai pulih usai anjlok dihantam pandemi pada Maret 2020 lalu. Kemarin, Jumat (22/1) IHSG ditutup di level 6.307,127. Dalam perjalanan indeks setahun terakhir atau pada masa pandemi, ada beberapa saham yang justru punya performa yang positif. Beberapa saham tersebut merupakan emiten pelat merah alias BUMN.
Fakta tersebut membuat Menteri BUMN Erick Thohir sumringah. Bahkan menurut Erick, ini pertama kalinya ada saham BUMN yang lajunya lebih kencang ketimbang saham yang masuk dalam daftar LQ45 alias bluechip.
“Alhamdulillah kemarin saham-saham BUMN sendiri sangat positif di bursa. Dan ini pertama kalinya saham BUMN lebih tinggi dari pada LQ45. Ini hal yang saya rasa positif, apresiasi dari pasar secara langsung,” ujar Erick saat rapat bersama Komisi VI DPR RI.
Berdasarkan data RTI, dalam satu tahun terakhir, top gainers atau saham dengan kenaikan tertinggi di peringkat 4 teratas memang dipegang oleh emiten pelat merah. Keempat saham tersebut yaitu Bank BRISyariah (BRIS), BRI Agroniaga (AGRO), Kimia Farma (KAEF), dan Aneka Tambang (ANTM).
Adapun sejak Januari 2020 lalu, harga saham BRIS sudah naik 847 persen dari harga saat itu Rp 324 atau naik 2.898 poin. Kenaikan saham ini tidak lain didorong keputusan Kementerian BUMN melakukan merger tiga bank syariah yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk, PT BNI Syariah, dan PT Bank Mandiri Syariah. Dalam aksi korporasi ini, Bank BRIsyariah menjadi bank penerima penggabungan. Sejak isu tersebut mencuat, saham BRIS terus naik signifikan.
Kenaikan harga saham juga dialami oleh AGRO. Dalam setahun terakhir AGRO sudah naik 460 persen ke level Rp 1.155 atau naik 949 poin. Kenaikan saham ini juga disebabkan aksi korporasi yang dilakukan perseroan.
Direktur Utama Bank BRI Agroniaga, Ebeneser Girsang mengatakan, perseroan memutuskan melakukan buyback saham yang direncanakan sebanyak-banyaknya Rp 2,5 miliar.
“Buyback ini dilakukan secara bertahap dalam periode 3 Juli sampai dengan 2 Oktober 2020,” katanya dalam keterbukaan informasi di BEI, Senin (6/7). Aksi korporasi ini pun berhasil mendongkrak harga saham.
Kemudian, saham Kimia Farma juga ikut terbang selama masa pandemi. Saham KAEF terpantau sudah terbang 272 persen atau naik 3270 poin ke level 4.470. Kenaikan saham KAEF tidak terlepas dari berkah selama pandemi. Adapun KAEF berperan besar dalam pendistribusian vaksin corona di Indonesia.
KAEF telah menyiapkan fasilitas rantai dingin atau cold chain untuk kebutuhan distribusi vaksin corona. Selain itu KAEF juga memproduksi dan mendistribusikan produk-produk kesehatan terkait dengan COVID-19. Produk yang diproduksi oleh KAEF antara lain Chloroquine, Hydroxychloroquine, Azithromycin Favipiravir, Vitamin C, Multivitamin [Fituno, Becefort], Rapid Test Antibodi dan Hand Sanitizer. Selain itu pemeriksaan Covid-19 dengan Rapid Test Antibody, Rapid Test Antigen dan Swab PCR Test juga dapat dilakukan di jaringan Laboratorium Klinik Kimia Farma.
Terakhir, saham ANTM juga terpantau melejit. Harga saham Antam terpantau naik 249 persen dalam setahun terakhir. Saat ini saham ANTM berada di level Rp 2.880 atau naik 2.055 poin. Saham ANTM naik sejak harga emas juga ikut meroket di kala pandemi. Selain itu, ANTM mendapat sentimen positif dari demand nikel yang besar untuk penggunaan baterai mobil listrik dan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Menurut Erick, dalam 20 tahun ke depan masyarakat dunia bahkan Indonesia akan mulai beralih ke mobil listrik. Sehingga baterai untuk mobil listrik akan menjadi salah satu kebutuhan krusial di masa depan. Adapun salah satu komponen untuk membuat baterai mobil listrik adalah nikel. Saat ini, ANTM merupakan penyuplai nikel.
“Inilah yang kenapa kita lakukan juga strategi jangka panjang untuk masing-masing BUMN. Terbukti akhirnya orang percaya Antam sebagai penyuplai nikel salah satunya tentu menjadikan sahamnya baik,” ujar Erick. (ms)
Discussion about this post