[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Indeks manufaktur Indonesia atau Purchasing Managers’ Index (PMI) tercatat pada angka 53,2 di Maret 2021. Angka ini meningkat dari bulan sebelumnya yang berada di level 50,9.
Dengan demikian, indeks manufaktur tersebut berada di level ekspansi selama lima bulan berturut-turut. Lebih jauh, PMI Manufaktur Indonesia tersebut merupakan yang tertinggi sejak survei pertama kali di April 2011.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan, momentum ekspansi tersebut menggambarkan percepatan tajam dari tingkat pertumbuhan output dan permintaan baru.
Indeks juga menunjukkan kenaikan solid pada kondisi bisnis yang melampaui rekor survei di Juni dan Juli 2014.
“Produksi yang meningkat tampak diikuti dengan kenaikan permintaan baru. Namun demikian, pandemi Covid-19 masih mempengaruhi ekspor sehingga pesanan ekspor baru tercatat menurun selama 16 bulan berturut-turut meski pada laju lebih rendah sejak November lalu,” ujar Febrio dalam keterangannya, Sabtu (2/4).
Kenaikan tajam pada permintaan baru memberikan tekanan pada kapasitas operasional. Sehingga hal tersebut mendorong perusahaan untuk meningkatkan aktivitas pembelian dan menghentikan pemutusan hubungan kerja (PHK), setelah penurunan indikator ketenagakerjaan selama setahun.
Sementara itu, biaya input produksi dan inflasi meningkat karena kurangnya pasokan dan sulitnya mendapatkan input dari luar negeri. Inflasi harga output juga meningkat karena produsen meneruskan beban biaya input yang lebih tinggi kepada konsumen, meskipun di bulan lalu jauh lebih rendah dibandingkan Februari.
“Secara umum, produsen di Indonesia masih sangat optimis bahwa produksi akan naik pada tahun mendatang, dengan kepercayaan diri untuk berbisnis mencapai posisi tertinggi dalam 50 bulan,” jelasnya.
PMI Manufaktur sebagai leading indicator sektor industri pengolahan menggambarkan kondisi produksi, permintaan, dan penjualan yang terus berada pada level ekspansi dan mencapai level tertinggi. Kondisi ini menunjukkan optimisme kelanjutan pemulihan aktivitas sektor pengolahan nasional yang didorong ekspektasi peningkatan permintaan domestik.
Febrio juga menuturkan, kebijakan insentif pemerintah (seperti Pajak Penjualan Barang Mewah/PPnBM Ditanggung Pemerintah untuk kendaraan bermotor) akan mendukung terwujudnya penciptaan permintaan ini lebih cepat.
Selain itu, program vaksinasi nasional yang sedang dilaksanakan memberikan optimisme yang kuat terhadap pelaku bisnis sektor manufaktur tentang adanya pemulihan ekonomi.
Pelaksanaan vaksinasi tentu akan lebih efektif dengan peningkatan upaya 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) dan 3T (testing, tracing, treatment) untuk mencapai herd immunity.
“Respons yang semakin positif dari sisi produsen harus dibarengi dengan perbaikan sisi permintaan yang semakin membaik juga. Momentum pemulihan ini akan terus dijaga dengan terus mengakselerasi program vaksinasi nasional, pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dan realisasi belanja negara secara keseluruhan,” tutur Febrio.
Discussion about this post