[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -PPnBM 0 persen mobil baru jadi kabar baik buat industri otomotif Indonesia. Formulasi ini diharapkan pemerintah mampu menstimulasi industri otomotif yang menyerap jutaan tenaga kerja.
Relaksasi PPnBM ini bakal diimplementasikan dalam 3 skenario: potongan PPnBM 100 persen (Maret-Mei), potongan 50 persen (Juni-Agustus), dan potongan 25 persen (September-November).
Hanya saja, relaksasi PPnBM ini ada aturan mainnya. Di mana hanya mobil bermesin di bawah 1.500 cc dengan sistem penggerak 4×2. Tak hanya itu, syarat lainnya adalah tingkat kandungan lokal (TKDN) mobilnya sudah mencapai 70 persen.
Menurut konfirmasi langsung ke Menko Perekonomian Airlangga Hartarto terkait syarat TKDN 70 persen. Politisi Partai Golkar itu pun mengamininya.
“(Iya) TKDN,” jawabnya singkat.
Akan tetapi, syarat TKDN 70 persen rupanya menuai respons dari pabrikan. Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy, meminta ada keringanan perihal syarat TKDN.
“Kami berharap untuk segmen 70 persen konten lokal itu, harusnya bisa diubah bukan 70 persen,” tuturnya.
Hanya sekira 17 model yang bisa menikmati relaksasi PPnBM. Itupun mayoritas merek Jepang, sementara pabrikan China yang juga memiliki manufaktur tak mencicipi program tersebut.
Sebagai catatan, kami tidak memasukkan segmen LCGC dan mobil niaga jenis pikap 1.500 cc ke bawah. Sebab, mengacu PP 41 tahun 2013, mobil tersebut tidak dikenakan PPnBM.
MEREK | MODEL |
---|---|
Daihatsu | GranMax Luxio Terios Xenia |
Honda | Brio Mobilio BR-V |
Mitsubishi | Xpander |
Nissan | Livina |
Suzuki | Ertiga XL7 APV |
Toyota | Avanza Rush Yaris Vios Sienta |
Dua pabrikan China gigit jari
DFSK menjadi salah satu pabrikan China yang membangun industri manufaktur di Indonesia. Beroperasi sejak 2017, tak kurang dari 150 juta dolar AS dikucurkan ke dalam negeri.
Sejumlah produk pun dibuat di Cikande, termasuk Glory 580 yang angka TKDN berada di 20-30 persen. Menurut perwakilan DFSK untuk mengonfirmasi apakah ada peningkatan komponen lokal pada produk mereka, namun hingga berita ini diturunkan belum ada respons.
Pun dengan Wuling, mereka gelontorkan Rp 9,3 triliun dan turut melibatkan 15 mitra pemasok komponen internasional dan 20 pemasok komponen lokal dengan melibatkan 3.000 tenaga kerja.
Skema relaksasi PPnBM yang mengharuskan angka TKDN sebesar 70 persen sudah pasti membuat produk mereka tak bisa menikmati kebijakan tersebut.
– Wuling Confero TKDN berkisar 55 persen
– Wuling Cortez TKDN berkisar 47 persen
– Wuling Almaz TKDN berkisar 40-50 persen
Menurut Riyanto, Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM-UI), relaksasi PPnBM berdasarkan kategori mobil 4×2 dengan kapasitas mesin di bawah 1.500 cc dan menyertakan syarat kandungan lokal minimal 70 persen sudah tepat.
Ia mengatakan, regulasi ini diharapkan bisa menggerakkan kegiatan produksi dalam negeri yang pada akhirnya memberikan efek pengganda dan menciptakan nilai tambah sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah resesi.
“Makanya TKDN harus di atas 70 persen. Dengan TKDN 70 persen, industri otomotif akan menarik dan mendorong kegiatan ekonomi lainnya, seperti industri logam, industri komponen, dan sebagainya,” imbuhnya.
Lagipula, sambung Riyanto, bukan hanya DFSK dan Wuling saja yang tak bisa menikmati relaksasi PPnBM, sejumlah model dari merek Jepang yang sudah diproduksi secara lokal pun tidak mendapat fasilitas tersebut.(msn)
Discussion about this post