[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang secara resmi beroperasi perdana pada Minggu (21/12/2020) kemarin. Bongkar muat pertamanya adalah aktivitas ekspor 140 unit kendaraan ke Brunai Darussalam.
Pelabuhan Patimban memiliki lokasi yang strategis, yakni berada di antara Bandara Kertajati dan kawasan industri di Bekasi, Karawang, dan Purwakarta.
Sehingga keberadaan pelabuhan tersebut akan menjadi kunci penghubung antarkawasan seperti industri manufaktur, pariwisata, dan sentra pertanian serta menopang percepatan ekspor.
“Pelabuhan ini juga berfungsi untuk memperkuat keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok yang sekarang ini sudah terlalu padat serta telah menimbulkan kemacetan di ruas jalan Bekasi-Jakarta dan Jakarta-Bekasi,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikutip dari Antara.
Pelabuhan Patimban sendiri merupakan proyek pembangunan bertahap dan jangka panjang. Pelabuhan diharapkan dapat menjadi hub besar untuk ekspor otomotif nasional.
Pada pembangunan fase pertama ini, Pelabuhan Patimban sudah dilengkapi dengan terminal peti kemas seluas 35 hektare dan terminal kendaraan seluas 25 hektare dengan kapasitas 218.000 CBU yang akan meningkat hingga 600.000 CBU pada akhir fase pembangunan di 2027 mendatang.
Pelabuhan Patimban direncanakan terbangun secara menyeluruh tahun 2027. Berikuitnya, pada tahun 2027, total kapasitas kumulatif terminal peti kemas akan menjadi 7,5 juta TEUs.
Pelabuhan di Pantai Utara Jawa ini jadi salah satu proyek strategis nasional dengan total keseluruhan investasi hingga tahap akhir sebesar Rp 43,2 triliun di area seluas 369 hektar dan lahan cadangan 356 hektar.
Pakai utang Jepang
Pembangunan tahap I menyedot anggaran Rp 14 triliun dari APBN dan pinjaman Japan International Cooperation Agency atau JICA.
Pada tahap I, pelabuhan secara fisik akan memiliki bangunan dan kapasitas sebesar Pelabuhan Tanjung Priok.
Pelabuhan Patimban sendiri dapat memangkas waktu tempuh distribusi dari kawasan industri ke pelabuhan. Hal ini akan berdampak positif terhadap penurunan biaya logistik.
Saat ini, waktu tempuh dari kawasan industri di Jabar ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dapat mencapai empat hingga lima jam. Kepadatan lalu lintas menuju Pelabuhan Tanjung Priok memengaruhi waktu tempuh tersebut.
Saat ekspor perdana 140 unit kendaraan, Pelabuhan Patimban disandari Kapal MV Suzuka Express milik PT Toyofuji Shipping Co.,Ltd dengan tujuan Brunei Darussalam.
Saat itu, Kapal MV Suzuka Express telah sandar di Pelabuhan Patimban yang dikawal langsung oleh 2 Kapal Patroli milik KPLP, yaitu KN Alugara dan KN Celurit saat masuk alur laut Pelabuhan Patimban.
Adapun MV Suzuka Express merupakan kapal berbendera Panama yang memiliki spesifikasi diantaranya berat GT. 43.810, length 180 m, beam 30 m, draught 7.7 m, dan memiliki speed (heading) 14.6 Knots.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, mengatakan pembangunan Pelabuhan Patimban akan mengurangi biaya logistik dan memperlancar arus barang, serta mengurangi beban kendaraan barang di jalan raya khususnya wilayah Jabodetabek.
“Pelabuhan Patimban yang disinergikan dengan Pelabuhan Tanjung Priok diharapkan dapat mengefisiensikan waktu dan biaya logistik. Khususnya untuk menekan biaya logistik nasional dan meningkatkan efisiensi biaya ekspor produk Indonesia ke luar negeri, salah satunya produk otomotif,” kata Budi Karya dalam keterangan tertulis.
Budi Karya mengatakan dalam proses membangun pelabuhan, selain fokus pada percepatan pembangunan infrastruktur Pelabuhan Patimban, juga memperhatikan aspek ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar.
Salah satunya dengan melakukan aksi sosial dan secara aktif memberikan pelatihan seperti pelatihan kewirausahaan, pelatihan pemberdayaan masyarakat, serta pemberian program keahlian bagi para nelayan sekitar.
“Untuk para nelayan, kami juga bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan akan memberikan bantuan kapal-kapal yang disalurkan melalui koperasi,” ungkap Budi Karya.(msn)
Discussion about this post