[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, kasus rembesnya beras impor jasmine (jasmine rice) asal Vietnam di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta, merupakan kecurangan yang dilakukan para oknum pedagang.
Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kemendag Veri Anggrijono mengatakan, berdasarkan pendalaman yang dilakukan timnya, kasus bocornya beras impor itu tak melibatkan perusahaan importir.
“Kami belum lihat satu perusahaan (importir) yang lakukan itu. Ini oknum-oknum pedaganglah,” ungkapnya.
Diketahui bahwa importir jasmine rice adalah PT Sarinah (Persero). Veri memastikan, Kemendag memang memberikan izin impor jasmine rice pada perusahaan pelat merah tersebut.
Berdasarkan penelusuran lanjutnya, proses importasi yang dilakukan Sarinah sudah memenuhi ketentuan mulai dari legalitas dokumen hingga mekanisme masuknya beras ke Indonesia.
“Dari sisi legalitas dokumennya betul, impornya juga sudah legal, termasuk soal mekanisme masuknya beras, bayar pajaknya, dan lain-lain,” kata Veri.
Oleh sebab itu, ia meyakini, adanya kecurangan yang terjadi saat proses pendistribusian beras oleh para oknum pedagang. Sebab meski kemasan berlabel jasmine rice namun isinya berbeda.
Jasmine rice yang rembes itu diduga telah dioplos dengan jenis beras lainnya sehingga dijual murah di pasar. Kasus ini pun sudah ditangani Bareskrim Porli dan ada beberapa pedagang yang turut diperiksa.
“Ada 2 atau 3 pedagang yang diperiksa,” ungkapnya.
Berdasarkan data Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) ada sebanyak 300 ton beras jasmine asal Vietnam yang masuk ke Pasar Cipinang.
Veri menambahkan, jasmine rice merupakan jenis beras khusus yang terbuka untuk di impor, namun dengan persetujuan pemerintah. Pasar jasmine rice adalah hotel, restoran, dan kafe, sehingga memang tak masuk ke pasar rakyat.
Harga jualnya pun tinggi mencapai Rp 16.000-19.000 per kilogram. Namun, dalam kasus ini beras berlabel jasmine rice tersebut malah dijual dengan harga rendah yakni Rp 9.000 per kilogram.
“Jadi setelah ditelusuri dan diteliti ternyata ada oknum di pasar, berasnya itu dicampur dan dijual di bawah harga wajar,” pungkas Veri.(msn)
Discussion about this post