KeuanganNegara.id- Harga Batu bara Acuan (HBA) mulai menggeliat setelah tertekan selama 10 bulan terakhir. Melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 147 K/30/MEM/2019, pemerintah menetapkan HBA Agustus 2019 sebesar US$72,67 per ton atau menguat tipis 1,04 persen dibandingkan HBA Juli, US$71,92 per ton.
Sebelumnya, HBA diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6.322 kcal per kilogram GAR.
“Kenaikan HBA Agustus 2019 menjadi sebesar US$72,67 per ton dari sebelumnya sebesar US$71,92 per ton sebenarnya merupakan konsolidasi pasar setelah penurunan HBA yang cukup signifikan pada bulan sebelumnya (-11,7 persen),” ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Agung Pribadi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (6/8).
Kendati demikian, sambung ia, belum ada indikasi kenaikan harga batu bara ini akan berlanjut. Pasalnya, harga batu bara Indonesia masih dibayangi oleh pembatasan impor batu bara Indonesia oleh China dan India. Selain itu, pasokan batu bara Australia ke China dan India juga meningkat.
Tak hanya itu, harga batu bara juga kena imbas dari dampak perang dagang China dan Amerika Serikat (AS) yang menekan perekonomian global.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengungkapkan kenaikan HBA Agustus tak lepas penguatan indeks harga batu bara global bulan lalu akibat kenaikan permintaan batu bara kalori tinggi dan menengah ke China.
“Selain itu, ada sedikit peningkatan permintaan dari Korea,” ujarnya.
Di sisi lain, sambungnya, pasokan batu bara dari Australia agak terkendala dengan terganggunya pasokan dari 2 atau 3 tambang dari Queensland.
Namun, Hendra belum bisa memastikan kenaikan harga batu bara ini akan berlanjut mengingat banyak faktor eksternal di beberapa negara yang sulit diprediksi.
“Kalau melihat tren tahun lalu, di awal kuartal III harga menguat. Kemudian, di akhir kuartal III lanjut kuartal IV harga turun terus,” jelasnya.
Karenanya, perusahaan batu bara masih melanjutkan upaya efisiensi untuk menjaga kinerja keuangan.
“Iya (masih efisiensi) karena masih ada kekhawatiran faktor ketidakpastian di China khususnya di kuartal IV ini,” pungkasnya. (cnn)
Discussion about this post